Rabu, 17 Oktober 2012

Rangkaian Seri dan Paralel (E2)


Rangkaian Seri dan Paralel (E2)
Philin Yolanda Dwi Sagita, Maylita Martani, Endarko, M.Si, P.hD
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: mm.myta@gmail.com

Abstrak—Praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E1) yang bertujuan untuk mengetahui kharakteristik arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel 2 buah resistor telah dilakukan. Nilai resistor yang digunakan pada praktikum ini adalah sebesar (1000 ± 5%) Ω dan (1800 ± 10%) Ω. Sementara itu, nilai tegangan sumber yang digunakan adalah sebesar 5 volt dan 12 volt. Pada praktikum Rangkaian Seri didapatkan nilai tegangan ukur R1 pada tegangan sumber 5 volt dan 12 volt sebesar 1.7874 volt dan 4.238 volt. Sedangkan nilai tegangan ukur R2 pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt adalah sebesar 3.23 volt dan 7.69 volt. Pada praktikum Rangkaian Paralel, nilai arus ukur R1 pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt adalah sebesar 0.00574 A dan 0.0187 A. Dan arus ukur R2 pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt sebesar 0.00274 A dan 0.00676 A.  Setelah dilakukan pengukuran terhadap nilai arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel selanjutnya kedua besaran tersebut dibandingkan dengan nilai arus dan tegangan hitung yang telah didapatkan sebelumnya dengan menerapkan hukum ohm. Akhirnya dari kedua praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian seri memiliki nilai arus yang sama namun memiliki tegangan listrik yang berbeda untuk setiap titik pada rangkaiannya. Sedangkan pada rangkaian paralel memiliki nilai tegangan yang sama namun memiliki arus listrik yang berbeda pada setiap percabangannya.

Kata KunciArus Listrik, Tegangan Listrik, Rangkaian Seri dan Paralel.


I. PENDAHULUAN

Salah satu konsep yang paling mendasar dalam analisis rangkaian listrik adalah konsep kekekalan muatan. Dari ilmu fisika kita mengetahui adanya dua jenis muatan, yaitu muatan prositif (berkorespondensi dengan proton) dan muatan negatif (berkorespondensi dengan elektron). Gagasan “transfer muatan” atau “pergerakan muatan” merupakan hal yang sangat penting bagi kita dalam mempelajari rangkaian listrik karena dalam menggerakkan muatan dari suatu titik ke titik yang lain akan terjadi juga transfer atau perpindahan energi.[2]
Kita mendefisikan arus pada suatu titik dan arus yang mengalir dalam suatu arah tertentu sebagai laju sesaat dimana muatan positif netto bergerak melewati titik tertentu dalam arah tertentu yang ditetapkan. Sayangnya definisi tersebut merupakan sebuah definisi historis yang terlanjur populer digunakan sebelum akhirnya diketahui bahwa arus yang mengalir didalam sebuah kawat penghantar sesungguhnya diakubatkan oleh pergerakan muatan negatif, bukan pergerakan positif. Arus disimbolkan dengan huruf i atau I, sehingga
I = …...………………….(1)

Satuan arus adalah Ampere (A), yang diambil dari nama fisikawan Perancis, A.M. Ampere. Satuan ampere ini seringkali disingkat menjadi “amp” meskipun singkatan ini tidak resmi dan bersifat informal.[1]
Dengan menggunakan persamaan [1] diatas, kita dapat menghitung arus sesaat (i) dan arus yang bernilai konstan (invarian terhadap waktu) atau sering disimbolkan dengan huruf besar I.
Lebih mudah bagi kita untuk membayangkan arus sebagai gerakan muatan positif, meskipun diketahui bahwa arus yang mengalir dalam penghantar logam dihasilkan dari pergerakan elektron. Dalam gas-gas yang terionisasi, larutan elektrolit, dan dalam beberapa material semikonduktor, pergerakan elemen-elemen bermuatan positif akan membentuk sebagian atau seluruh bagian arus. Jadi semua definisi arus bersesuaian dengan sifat fisika dari konduksi.[4]
Penting untuk disadari bahwa tanda panah arus tidak mengindikasi arah “sebenarnya” dari aliran arus tetapi semata-mata merupakan bagian dari konvensi atau kesepakatan untuk mengungkapkan “aliran arus didalam kawat penghantar” agar tidak menimbulkan kebingungan atau ambiguitas. Tanda panah merupakan bagian yang fundamental dari definisi arus. Jadi menyebutkan nilai sebuah arus i(t) tanpa menentukan tanda panahnya adalah sama dengan membahas sebuah besaran yang tak terdefinisi.[1]
Sementara itu, apabila terdapat arus listik melewati kedua terminal pada rangkaian maka dibutuhkan sebuah energi untuk menekan muatan melalui elemen kawat. Dengan demikian, akan kita katakan bahwa sebuah tegangan listrik (atau sebuah selisih atau beda potensial) akan muncul diantara kedua terminal. Jadi, tegangan pada sepasang terminal merupakan ukuran untuk kerja yang diperlukan untuk memindahkan muatan melalui elemen. Satuan tegangan adalah volt, dan 1 volt adalah sama dengan 1 J/C. Tegangan disimbolkan dengan V.[3]
Tegangan dapat muncul diantara sepasang terminal listrik dengan atau tanpa adanya arus yang mengalir. Sebuah aki (baterai) misalnya, memiliki tegangan sebesar 12 volt diantara terminal-terminalnya meski tidak ada elemen listrik yang terhubung pada terminal-terminalnya.
Resistor merupakan elemen pasif yang paling sederhana. Fisikawan Jerman, George Simon Ohm, mempublikasikan sebuah pamflet yang memaparkan hasil-hasil dari usahanya mengukur arus dan tegangan serta hubungan matematika diantara keduanya. Salah satu hasil yang diperolehnya adalah pernyataan tentang relasi fundamental yang saat ini disebut sebagai Hukum Ohm, meskipun sesungguhnya hal ini telah ditemukan 46 tahun sebelumnya di Inggris oleh Henry Cavendish. Plamflet yang dipublikasikan George Simon Ohm banyak menerima kritik yang tidak pantas dan menjadi bahan tertawaan selama beberapa tahun setelah publikasi pertamanya sebelum akhirnya karyanya itu diterima beberapa tahun setelahnya.[4]
Hukum ohm menyatakan bahwa tegangan pada terminal-terminal material penghantar berbading lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini, secara matematis hal ini dirumuskan sebagai,

V = I R……………………………...(2)

Dimana konstanta proporsional atau kesebandingan R disebut sebagai resistansi. Satuan untuk resistansi adalah ohm, yaitu 1 V/A, dan biasa disingkat dengan huruf besar omega Ω.
Interkoneksi dari dua atau lebih elemen-elemen rangkaian sederhana akan membentuk sebuah jaringan listrik.jika jaringan ini mengandung sedikitnya satu buah lintasan tertutup maka jaringan ini juga merupakan sebuah rangkaian listrik. Adapun jenis-jenis rangkaian listrik sederhana yang sering digunakan antara lain Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel.[4]
Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke catu daya lewat satu rangkaian. Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian. Dua buah elemen berada dalam susunan seri jika mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu jaringan.
Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri.
Pada hubungan seri, berlaku :
…………………………(3)
 
 
Menurut hukum Ohm :
Maka hambatan total rangkaian seri (Rs) adalah:
……………………(4)

Sementara itu, Rangkaian Paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian garis edar untuk mengalirkan arus.  Dalam kendaraan bermotor, sebagian besar beban listrik dihubungkan secara parallel. Masing-masing rangkaian dapat dihubung-putuskan tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain.Dalam rangkaian paralel, tegangan yang melintas pada semua elemen-elemennya adalah sama besar. Pada rangkaian paralel, nilai arus listrik dari tegangan sumber menyebar mengalir ke setiap cabang,  sehingga :

………………...(5)
Dimana ,                                               
                                        
Sehingga :                                 
Menurut hukum Ohm :

Maka hambatan total rangkaian paralel (Rp) adalah :
…………….(6)

II.METODE


A.      Praktikum Rangkaian Seri
Langkah awal dalam praktikum ini adalah menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum, yaitu  Power Supply (DC), 2 buah Resistor, VOM, dan Project Board. Selanjutnya adalah menghitung besar resistor-resistor yang digunakan dengan cara menghitung gelang yang terdapat pada resistor. Dengan menggunakan buku sebagai referensi, didapatkan resistor pertama (R1) yang berukuran lebih besar memiliki gelang yang berwarna coklat, hitam, merah, dan emas secara berurutan. Artinya nilai resistor tersebut senilai 1000 ± 5% ohm. Sedangkan resistor kedua (R2) yang berukuran lebih kecil memiliki warna gelang coklat, abu-abu, merah, dan perak. Artinya resistor tersebut bernilai 1800 ± 10% ohm. Adapun rumus menghitung nilai resistansi maksimum dan minimum pada praktikum ini antara lain :
Rmax           =              R + Toleransi

                                Rmax = R + ………………...(5)

Rmin             =              R - Toleransi

            Rmin = R - …………………(6)

Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu dilakukan uji nilai kesetaraan pembacaan nilai tegangan output yang diperkirakan akan dihasilkan pada praktikum ini sama dengan nilai tegangan input yang telah diberikan oleh power suplay DC dengan menerapkan hukum ohm.

V1max =  x V……………………….(7)

V1min =  x V……………………….(8)

V2max =  x V……………………….(9)

V2max =  x V……………………...(10)

Jika nilai tegangan output    nilai tegangan input, maka praktikum dapat segera dilaksanakan. Sedangkan jika nilai tegangan output ≥ nilai tegangan input, maka jenis resistor yang digunakan sebaiknya diubah karena dapat menyebabkan terbakarnya resistor yang digunakan.
Setelah semua nilai tegangan output memiliki nilai ≤ nilai tegangan input, maka praktikum dapat segera dimulai.
Praktikum Rangkaian Seri dilakukan dengan menyusun R1 dan R2 secara seri, serta disusun paralel dengan VOM untuk didapatkan nilai tegangan ukur pada R1 dan pada R2. Pada praktikum ini digunakan dua variasi tegangan sumber yaitu 5V dan 12 V dengan 5 kali pengulangan untuk masing-masing nilai tegangan sumber yang digunakan. Sehingga akan didapatkan 10 data untuk satu jenis nilai tegangan sumber.
 
Gambar 1. Rangkaian Seri

B.      Praktikum Rangkaian Paralel
Langkah awal dalam praktikum ini adalah menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum, yaitu  Power Supply (DC), 2 buah Resistor, VOM, dan Project Board. Selanjutnya adalah menghitung besar resistor-resistor yang digunakan dengan cara menghitung gelang yang terdapat pada resistor. Dengan menggunakan buku sebagai referensi, didapatkan resistor pertama (R1) yang berukuran lebih besar memiliki gelang yang berwarna coklat, hitam, merah, dan emas secara berurutan. Artinya nilai resistor tersebut senilai 1000 ± 5% ohm. Sedangkan resistor kedua (R2) yang berukuran lebih kecil memiliki warna gelang coklat, abu-abu, merah, dan perak. Artinya resistor tersebut bernilai 1800 ± 10% ohm. Adapun rumus menghitung nilai resistansi maksimum dan minimum pada praktikum ini dapat dilihat di persamaan no (5) dan (6) pada praktikum Rangkaian Seri.
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu dilakukan uji nilai kesetaraan pembacaan nilai arus output total yang diperkirakan akan dihasilkan pada praktikum ini sama dengan nilai arus input yang telah diberikan oleh power suplay DC dengan menerapkan hukum ohm seperti pada praktikum Rangkaian Seri sebelumnya namun dalam peninjauan arus listrik ukur.

I1 (max) = ……………….............(11)

I1 (min) = ………………………...(12)

I2 (max) = ……………….............(13)

I2 (min) = ………………………...(14)

Jika nilai arus output    nilai arus input, maka praktikum dapat segera dilaksanakan. Sedangkan jika nilai arus output ≥ nilai arus input, maka jenis resistor yang digunakan sebaiknya diubah karena dapat menyebabkan terbakarnya resistor yang digunakan.
Setelah semua nilai arus output memiliki nilai ≤ nilai arus input, maka praktikum dapat segera dimulai.



Praktikum kedua yaitu praktikum Rangkaian Paralel dilakukan dengan menyusun resistor R1 dan R2 secara paralel terhadap tegangan sumber. Dan kemudian rangkaian juga disusun secara seri dengan VOM untuk didapatkan nilai arus listrik yang melewati rangkaian R1 dan R2. Pada praktikum ini digunakan dua variasi tegangan sumber yaitu 5V dan 12 V dengan 5 kali pengulangan untuk masing-masing nilai tegangan sumber yang digunakan. Sehingga akan didapatkan 10 data untuk satu jenis nilai tegangan sumber.

Gambar 2. Rangkaian Paralel

                        Setelah dilakukan praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) sesuai dengan metode diatas, selanjutnya akan ditentukan nilai error yang terdapat pada setiap data yang diambil dan diperoleh baik dari hasil pengamatan maupun perhitungan pada praktikum ini. Adapun rumus menghitung nilai error pada data praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) ini antara lain:
Error Pada Praktikum Rangkaian Seri (Eseri)

Eseri = ……………….(15)

Error Pada Praktikum Rangkaian Paralel (Eparalel)

Eparalel = …………….(16)


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Penggunaan Alat Ukur (E1) ini bertujuan untuk mengetahui kharakteristik arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel 2 buah resistor. Peralatan yang digunakan adalah Power Supply (DC), 2 buah Resistor, VOM, dan Project Board. Dilakukan 2 jenis praktikum yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.

A.      Praktikum Rangkaian Seri
Pada praktikum Rangkaian Seri dilakukan variasi nilai tegangan sumber sebesar 5 volt dan 12 volt. Sementara itu, data hasil pengamatan yang akan didapatkan pada praktikum ini berupa nilai tegangan ukur pada R1 dan R2 yang nanti akan dibandingkan dengan nilai tegangan hitung R1 dan R2 yang telah didapatkan sebelumnya. Adapun data hasil pengamatan dan perhitungan yang berhasil didapatkan pada praktikum Rangkaian Seri telah dilampirkan sebagai berikut.

Tabel 1. Data hasil pengamatan dan perhitungan pada Rangkaian Seri
Vsumber (volt)
VR1-ukur (volt)
VR2-ukur (volt)
VR1-hitung (volt)
VR2-hitung (volt)
5
1.788
3.23
1.7857
3.214
1.788
3.23
1.787
3.23
1.787
3.23
1.787
3.23
12
4.24
7.69
4.28
7.704
4.23
7.69
4.24
7.69
4.24
7.69
4.24
7.69

Berdasarkan dengan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan nilai antara nilai tegangan listrik R1 dan R2 yang didapatkan dari hasil pengamatan skala pada VOM dengan nilai tegangan listrik pada R1 dan R2 dari hasil perhitungan dengan menggunakan hukum ohm.
Hal itu dikarenakan terdapat hambatan dalam pada VOM maupun perangkat kabel yang digunakan. Hambatan dalam tersebut tidak termasuk kedalam perhitungan nilai tegangan hitung sehingga nilai tegangan hitung relatif lebih kecil dibandingkan dengan nilai tegangan ukur yang didapatkan dari hasil pengamatan skala pada VOM.

B.      Praktikum Rangkaian Paralel
Pada praktikum Rangkaian Paralel juga dilakukan variasi nilai tegangan sumber sebesar 5 volt dan 12 volt. Sementara itu, data hasil pengamatan yang akan didapatkan pada praktikum ini berupa nilai arus ukur pada R1 dan R2 yang nanti akan dibandingkan dengan nilai arus hitung R1 dan R2 yang telah didapatkan pada perhitungan sebelumnya. Adapun data hasil pengamatan dan perhitungan yang berhasil didapatkan pada praktikum Rangkaian Paralel telah dilampirkan sebagai berikut.

Tabel 2. Data hasil pengamatan dan perhitungan pada Rangkaian Paralel
Vsumber (volt)
IR1-ukur (ampere)
IR2-ukur (ampere)
IR1-hitung (ampere)
IR2-hitung (ampere)
5
0.0057
0.0027
0.005
0.00278
0.0058
0.0027
0.0057
0.0028
0.0057
0.0027
0.0058
0.0028
12
0.0187
0.0067
0.012
0.00667
0.0187
0.0068
0.0187
0.0068
0.0187
0.0068
0.0187
0.0067

Dari data hasil perhitungan dan pengamatan pada praktikum rangkaian paralel dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai arus yang seharusnya melewati rangkaian berdasarkan hasil perhitungan dengan nilai arus listrik yang ternyata melewati rangkaian berdasarkan dengan skala yang ditera pada VOM.
Berdasarkan data diatas, nilai arus listrik yang terukur oleh VOM memiliki nilai yang relatif lebih besar daripada nilai arus yang seharusnya melewati rangkaian sesuai dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya.
Dari kedua praktikum ini dapat disimpulkan bahwa baik nilai tegangan maupun arus listrik ukur memiliki nilai yang relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai tegangan dan arus hitung yang seharusnya melewati rangkaian. Hal tersebut dikarenakan terdapat nilai hambatan dalam pada alat VOM dan kabel yang tidak termasuk dalam perhitungan sehingga akan mempengaruhi nilai tegangan dan arus listrik pada hasil perhitungan dan pengamatan skala VOM.
Hasil yang didapatkan pada kedua praktikum ini sesuai dengan bunyi hukum ohm yang pertama dimana nilai tegangan listrik pada rangkaian memiliki kesebandingan dengan nilai arus listrik yang melewati rangkaian. Semakin tinggi nilai tegangan pada rangkaian maka semakin banyak pula arus listrik yang melewati rangkaian.
Akan tetapi, sebagus apapun data hasil pengamatan, pratikum yang dilakukan dengan metode pengulangan pasti memiliki tingkat ke-error-an yang lebih besar dibandingkan dengan data hasil praktikum tanpa pengulangan. Oleh karena itu, pada praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) ini juga akan dilakukan perhitungan mengenai nilai error yang dimiliki oleh setiap data praktikum yang didapatkan. Berikut akan dipaparkan nilai error yang dimiliki oleh data hasil pengamatan baik pada praktikum Rangkaian Seri maupun praktikum Rangkaian Paralel.

Tabel 3. Data error Praktikum Rangkaian Seri
Vsumber (volt)
ERROR
VR1 (%)
VR2 (%)
5
0.12880103
0.497822029
0.12880103
0.497822029
0.072800582
0.497822029
0.072800582
0.497822029
0.072800582
0.497822029
12
0.934579439
0.18172378
1.168224299
0.18172378
0.934579439
0.18172378
0.934579439
0.18172378
0.934579439
0.18172378

Tabel 4. Data error Praktikum Rangkaian Paralel
Vsumber (volt)
ERROR
IR1 (%)
IR2 (%)
5
14
2.877697842
16
2.877697842
14
0.71942446
14
2.877697842
16
0.71942446
12
55.83333333
0.449775112
55.83333333
1.949025487
55.83333333
1.949025487
55.83333333
1.949025487
55.83333333
0.449775112

Kedua tabel diatas merupakan nilai error yang dimiliki oleh Praktikum Rangkaian Seri maupun Praktikum Rangkaian Paralel. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Praktikum Rangkaian Seri memiliki data hasil praktikum yang lebih bagus daripada data hasil praktikum yang dimiliki oleh data hasil praktikum pada Praktikum Rangkaian Paralel. Hal itu dikarenakan pada praktikum Rangkaian Seri nilai error yang dimiliki berada diantara 0 ≤ e ≤ 1. Sementara pada Praktikum Rangkaian Paralel, khususnya pada saat diberi tegangan 12 volt, nilai error yang dimiliki oleh R1 mencapai nilai 55.83 %. Begitu pula pada data R1 pada tegangan 5 volt yang memiliki nilai error 14%. Itu merupakan tingkat error yang cukup tinggi, sehingga diperlukan beberapa perbaikan dan pengoreksian lagi mengenai data hasil pengamatan maupun perhitungannya.

IV.KESIMPULAN


Pada praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) yang terdiri dari 2 jenis praktikum yang berbeda yakni pada praktikum pertama dengan sub tema Rangkaian Seri didapatkan nilai tegangan ukur R1 pada tegangan sumber 5 volt dan 12 volt sebesar 1.7874 volt dan 4.238 volt. Sedangkan nilai tegangan ukur R2 pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt adalah sebesar 3.23 volt dan 7.69 volt. Pada praktikum Rangkaian Paralel, nilai arus ukur R1 pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt adalah sebesar 0.00574 A dan 0.0187 A. Dan arus ukur R2 pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt sebesar 0.00274 A dan 0.00676 A.
Dari kedua praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian seri memiliki nilai arus yang sama namun memiliki tegangan listrik yang berbeda untuk setiap titik pada rangkaiannya. Sedangkan pada rangkaian paralel memiliki nilai tegangan yang sama namun memiliki arus listrik yang berbeda pada setiap percabangannya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium Elektronika Dasar 1 yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum ini, serta teman-teman yang telah membantu dalam praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]     Sutrisno,1986,”Elektronika: teori dasar dan penerapannya jilid 1”, penerbit ITB:Bandung
[2]     Tipler, “FISIKA untuk Sains dan Teknik  Jilid 2”, Jakarta : Erlangga,2001
[3]     Blocher, Richard. 2003. Dasar Elektronika. Penerbit Andi, Yogyakarta.
[4]     William, Jack, Steven. Rangkaian Listrik Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.


































































































LAMPIRAN


Tabel 5. Ralat Rangkaian Seri (VR1) Pada V = 5 Volt
VR1 (ukur)
VR1'
VR1-VR1'
(VR1-VR1')2
∑(VR1-VR1')2
1.788
1.7874
0.0006
3.6 10-07
1.2 10-06
1.788
1.7874
0.0006
3.6 10-07
1.2 10-06
1.787
1.7874
-0.0004
1.6 10-07
1.2 10-06
1.787
1.7874
-0.0004
1.6 10-07
1.2 10-06
1.787
1.7874
-0.0004
1.6 10-07
1.2 10-06

Ralat Mutlak

Δ =

Δ =

Δ = 0.000244949

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0.013704206 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0.013704206 %

K = 99.98629579 %

Tabel 6. Ralat Rangkaian Seri (VR2) Pada V = 5 Volt
VR2 (ukur)
VR2'
VR2-VR2'
(VR2-VR2')2
∑(VR2-VR2')2
3.23
3.23
0
0
0
3.23
3.23
0
0
0
3.23
3.23
0
0
0
3.23
3.23
0
0
0
3.23
3.23
0
0
0

Ralat Mutlak

Δ =
Δ =

Δ = 0

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0 %

K = 100 %

Tabel 7. Ralat Rangkaian Seri (VR1) Pada V = 12 Volt
VR1 (ukur)
VR1'
VR1-VR1'
(VR1-VR1')2
∑(VR1-VR1')2
4.24
4.238
0.002
4 10-06
8 10-05
4.23
4.238
-0.008
6.4 10-05
8 10-05
4.24
4.238
0.002
4 10-06
8 10-05
4.24
4.238
0.002
4 10-06
8 10-05
4.24
4.238
0.002
4 10-06
8 10-05

Ralat Mutlak

Δ =

Δ =

Δ = 0.002

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0.047192072 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0.047192072 %

K = 99.95280793 %

Tabel 8. Ralat Rangkaian Seri (VR2) Pada V = 12 Volt
VR2 (ukur)
VR2'
VR2-VR2'
(VR2-VR2')2
∑(VR2-VR2')2
7.69
7.69
0
0
0
7.69
7.69
0
0
0
7.69
7.69
0
0
0
7.69
7.69
0
0
0
7.69
7.69
0
0
0

Ralat Mutlak

Δ =

Δ =

Δ = 0

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0 %

K = 100 %

Tabel 9. Ralat Rangkaian Paralel (IR1) Pada V = 5 Volt
IR1 (ukur)
IR1'
IR1-IR1'
(IR1-IR1')2
∑(IR1-IR1')2
0.0057
0.00574
-4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0058
0.00574
6 10-05
3.6 10-09
1.2 10-08
0.0057
0.00574
-4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0057
0.00574
-4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0058
0.00574
6 10-05
3.6 10-09
1.2 10-08

Ralat Mutlak

Δ =

Δ =

Δ = 2.44949 10-05

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0.426740373 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0.426740373 %

K = 99.57325963 %

Tabel 10. Ralat Rangkaian Paralel (IR2) Pada V = 5 Volt
IR2 (ukur)
IR2'
IR2-IR2'
(IR2-IR2')2
∑(IR2-IR2')2
0.0027
0.00274
-4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0027
0.00274
-4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0028
0.00274
6 10-05
3.6 10-09
1.2 10-08
0.0027
0.00274
-4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0028
0.00274
6 10-05
3.6 10-09
1.2 10-08

Ralat Mutlak

Δ =

Δ =

Δ = 2.44949 10-05

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0.893974359 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0.893974359 %

K = 99.10602564 %

Tabel 11. Ralat Rangkaian Paralel (IR1) Pada V = 12 Volt
IR1 (ukur)
IR1'
IR1-IR1'
(IR1-IR1')2
∑(IR1-IR1')2
0.0187
0.0187
0
0
0
0.0187
0.0187
0
0
0
0.0187
0.0187
0
0
0
0.0187
0.0187
0
0
0
0.0187
0.0187
0
0
0

Ralat Mutlak

Δ =

Δ =

Δ = 0

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0 %

K = 100 %

Tabel 12. Ralat Rangkaian Paralel (IR2) Pada V = 12 Volt
IR2 (ukur)
IR2'
IR2-IR2'
(IR2-IR2')2
∑(IR2-IR2')2
0.0067
0.00676
-6 10-05
3.6 10-09
1.2 10-08
0.0068
0.00676
4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0068
0.00676
4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0068
0.00676
4 10-05
1.6 10-09
1.2 10-08
0.0067
0.00676
-6 10-05
3.6 10-09
1.2 10-08

Ralat Mutlak

Δ =

Δ =

Δ = 2.44949 10-05

Ralat Nisbi

I =  x 100%

I =  x 100%

I = 0.362350554 %

Keseksamaan

K = 100% - I

K = 100% - 0.362350554 %

K = 99.63764945%





















LAMPIRAN 2

Apakah tegangan pada peralatan listrik masih ada walaupun tidak ada arus yang mengalir?

Jawab :
Tegangan dapat muncul diantara sepasang terminal listrik dengan atau tanpa adanya arus yang mengalir. Sebuah aki (baterai) misalnya, memiliki tegangan sebesar 12 volt diantara terminal-terminalnya meski tidak ada elemen listrik yang terhubung pada terminal-terminalnya.
(Sumber : William, Jack, Steven. Rangkaian Listrik Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta )