Spektrometer
|
Philin Yolanda Dwi Sagita, Nurul Rosyidah, Ali Yunus
Rohedi
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: nurul10@mhs.physics.its.ac.id |
Abstrak— Praktikum Spektrometer yang bertujuan untuk mempelajari teori spektrometer prisma dengan pendekatan
eksperimental, menentukan indeks bias prisma kaca, menentukan panjang gelombang
dengan menggunakan prisma yang telah dikalibrasi, dan untuk mengamati spektrum
warna cahaya dari panjang gelombang tertentu telah dilakukan. Pada praktikum Spektrometer ini terdapat dua
jenis praktikum yaitu Praktikum Menentukan Konstanta A dan B pada persamaan nλ
= A + B (1/λ2) dan Praktikum Mengidentifikasi Panjang Gelombang
Spektrum Warna pada lampu gas.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum ini antara lain satu set Spektrometer (Kolimator, Teleskop, dan
Prisma), Lampu gas Hidogen, Lampu gas Helium, Step Up-Down Transformator,
Rheostat (Hambatan Geser), Ppower Supply, dan Lampu Pijar.
Pada praktikum Spektrometer dengan lampu gas hidrogen,
didapatkan nilai indeks bias prisma rata-rata adalah sebesar 0.654356731.
Pada praktikum ini juga didapatkan nilai panjang gelombang untuk masing-masing
spektrum warna dengan menggunakan prisma yang telah dikalibrasi. Adapun nilai
panjang gelombangnya adalah sebagai berikut : merah (5730.660543
Å), kuning (5125.166262
Å), hijau (4188.878894
Å),
biru (3813.841909 Å), dan ungu (3629.493258 Å).
Sementara
itu, pada praktikum Spektrometer dengan lampu gas helium, didapatkan nilai
indeks bias prisma rata-rata adalah sebesar 0.63557849. Pada praktikum
ini juga didapatkan nilai panjang gelombang untuk masing-masing spektrum warna
dengan menggunakan prisma yang telah dikalibrasi. Adapun nilai panjang
gelombangnya adalah sebagai berikut : merah (6801.608721
Å), kuning (6158.386832
Å), hijau (5173.513738
Å),
biru (4507.025879 Å), dan ungu (4151.489996 Å).
Kata Kunci—Spektrometer, Cahaya, Prisma, Hidrogen, Helium
I. PENDAHULUAN
D
|
1.1
Latar
Belakang
Alam ruang hampa (vakum), kecepatan cahaya c adalah sama untuk setiap
panjang gelombang atau warna cahaya, artinya kecepatan cahaya biru sama dengan
kecepatan cahaya inframerah. Akantetapi, jika sebuah berkas cahaya putih jatuh
pada sebuah permukaan prisma kaca dengan membentuk sudut terhadap permukaan
tersebut kemudian melewati prisma, maka cahaya putih itu akan diuraikan atau
didespersikan menjadi spektrum warna. Fenomena ini membuat Newton percaya bahwa
cahaya putih merupakan campuran dari komponen-komponen warna. Despersi atau
penguraian warna terjadi didalam prisma karena kecepatan gelombang cahaya didalam
prisma berbeda untuk setiap panjang gelombang.[1]
Spektrometer adalah
alat optik yang digunakan untuk mengamati dan mengukur sudut deviasi cahaya
datang karena pembiasan dan dispersi. Dengan menggunakan Hukum Snellius, indeks
bias dari kaca prisma untuk panjang gelombang tertentu atau warna tertentu
dapat ditentukan.[3]
Pada praktikum
Spektrometer ini, para praktikan diharapkan dapat mempelajari teori
spektrometer prisma dengan pendekatan eksperimental, dapat menentukan indeks
bias prisma kaca dan panjang gelombang dengan menggunakan prisma yang telah
dikalibrasi. Para praktikan juga diharapkan dapat mengamati spektrum warna
cahaya dari panjang gelombang tertentu.
Adapun prinsip kerja
dari spektrometer yang akan digunakan pada praktikum ini adalah cahaya
didatangkan lewat celah sempit uang disebut kalimator. Koimator ini merupakan
fokus lensa sehingga cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar, kemudian
diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskop yang posisinya dapat
digerakkan. Pada posisi teleskop tertentu yaitu pada sudut θ, merupakan posisi
yang sesuai dengan terjadinya pola terang (pola maksimum), maka hubungan
panjang gelombang cahaya memenuhi persamaan :
λ
= m. d. sin θ……………………….(1)
Dimana m adalah bilangan bulat yang merepresentasikan orde dan d jarak
antara garis-garis pada kisi. Dengan mengukur nilai θ, maka nilai λ (panjang
gelombang) dari cahaya dapat diukur.[4]
Peristiwa pembiasan cahaya pada dua
medium yang memiliki kecepatan berbeda disebabkan oleh perbedaan kecepatan jalar
cahaya di udara dan dimedium lain, misalkan air dan kaca.
Misalkan cahaya merambat dari medium
1 dengan kecepatan V1 dan sudut datang i menuju ke medium 2. Saat di
medium 2 kecepatan cahaya berubah menjadi V2 dan cahaya dibiaskan
dengan susut bias r seperti diperlihatkan pada gamabr dibawah.
Gambar 1. Pembiasan
cahaya pada 2 medium dengan indeks bias berbeda
Pada contoh diatas terlihat sinar
datang (i) > sinar bias (r) atau dengan kata lein sinar bias mendekati garis
normal terjadi ketika sinar menembus batas bidang dari medium yang renggang ke
medium yang lebih rapat. Bila sinar berasal dari sebaliknya yakni dari medium
rapat ke medium yang lebih renggang, maka sinar menjauhi garis normal (i >
r).
Hukum Snellius[2] :
= = = ………..………...(2)
V = λ. f = ……………………………….(3)
Dimana :
V =
Cepat Rambat
Gelombang (m/s)
λ = Panjang Gelombang
(m)
f = Frekuensi
(Hz)
T = Periode
(sec-1)
Pada peristiwa
pembiasan cahaya pada dua medium dengan kerapatan yang berbeda memang terjadi
perubahan kecepatan cahaya dari cahaya yang memiliki kecepatan V1
pada medium 1 menjadi V2 di medium 2. Namun frekuensi cahaya
tersebut tidak mengalami perubahan saat melalui 2 medium yang berbeda indeks
biasnya. Sementara itu peristiwa pembiasan pada prisma dapat kita tinjau pada
gambar berikut.
Kita dapatkan persamaan sudut puncak prisma[4] :
β = r1 + i2………………………….(4)
Dimana :
β = sudut puncak atau
sudut pembias prisma
r1
= sudut
bias saat berkas sinar memasuki bidang batas udara-prisma
i2 = sudut
datang saat berkas sinar memasuki bidang batas prisma-udara
Persamaan
Sudut Deviasi Prisma :
D
= ( i1 + r2 ) – β…………………………(5)
Keterangan :
D = Sudut
Deviasi Prisma
i1
= Sudut
datang pada bidang batas pertama
r2 = Sudut
bias pada bidang batas kedua berkas sinar keluar dari prisma
β = Sudut
puncak atau sudut pembias prisma
Deviasi
minimum terjadi saat i1 = r2
Dm
= 2 i1 – β………………………......(6)
Persamaan Deviasi Minimum
a.
Bila sudut pembias lebih dari 15o
n1 sin = n2
sin ………....(7)
Keterangan :
n1 = Indeks
bias medium
n2 = Indeks
bias prisma
Dm = Deviasi minimum
β = Sudut pembias prisma
b. Bila sudut
pembias kurang dari 15o
δ
= ( n2-1 – n1 ) β……………………….(8)
Keterangan :
δ = Deviasi minimum untuk β 15o
n2-1 = Indeks
bias relatif prisma terhadap medium
β = Sudut pembias prisma
Cahaya
polychromatis adalah cahaya yang mempunyai bermacam-macam panjang gelombang.
Jika cahaya ini didatangkan pada sisi prisma, maka akibat adanya perbedaan
indeks bias dari masing-masing panjang gelombang, maka cahaya yang keluar
mengalami peristiwa penguraian atau lebih dikenal sebagai peristiwa dispersi.[2]
Gambar 3. Spektrum cahaya putih pada prisma
Cahaya putih
merupakan campuran dari semua panjang gelombng cahaya tampak. Ketika cahaya ini
jatuh pada sisi prisma, panjang gelombang yang berbeda ini dibelokkan dengan
derajat yang berbeda pula, sesuai dengan Hukum Snellius. Karena indeks bias
yang lebih besar untuk panjang gelombang yang lebih pendek, maka cahaya ungu akan
dibelokkan paling jauh dan merah akan dibelokkan paling dekat. [3]
II. METODE
Pada praktikum
Spektrometer ini terdapat dua jenis praktikum yaitu Praktikum Menentukan
Konstanta A dan B pada persamaan nλ = A + B (1/λ2) dan Praktikum
Mengidentifikasi Panjang Gelombang Spektrum Warna pada lampu gas.
Pada praktikum
pertama, para praktikan akan mengamati sinar spektrum yang dibiaskan oleh
prisma dengan teleskop, menentukan besar sudut pelurus kolimator dengan
teleskop, menentukan sudut deviasi minimum pada masing-masing spektrum warna
dengan menggunakan skala ukur, menghitung indeks bias (n) prisma melalui
persamaan yang ada, dan menentukan persamaan nλ = A + B (1/λ2)
dengan regresi linier.
Sementara itu,
pada praktikum kedua yang memiliki metodologi sama dengan metodologi yang
dilakukan pada praktikum pertama, namun dengan perubahan bahan yang semula menggunakan
lampu gas helium diganti dengan lampu gas hidrogen.
Adapun alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain satu set Spektrometer
(Kolimator, Teleskop, dan Prisma), Lampu gas Hidogen, Lampu gas Helium, Step
Up-Down Transformator, Rheostat (Hambatan Geser), Ppower Supply, dan Lampu
Pijar.
Gambar 4. Spektrometer
Sebelum
melakukan praktikum pertama, terlebih dahulu dicari referensi panjang gelombang
gas Hidrogen dan Helium untuk semua warna spektrum. Kemudian alat dan bahan
yang telah disiapkan dirangkai seperti skema percobaan dibawah ini.
Gambar 5. Skema Percobaan Spektrometer
Setelah
menyusun rangkaian seperti skema alat spektrometer diatas, dilanjutkan dengan
meletakkan lampu gas hidrogen didepan kolimator. Kemudian sinar yang dibiaskan
oleh prisma diamati dengan teleskop dan besar sudut pelurus kolimator
ditentukan dengan teleskop. Selanjutnya sudut deviasi minimum pada
masing-masing spektrum warna ditentukan dengan menggunakan skala ukur. Melalui
persamaan yang ada, indeks bias (n) prisma dihitung. Kemudian persamaan nλ = A
+ B (1/λ2) ditentukan dengan regresi linier.
Pada praktikum
kedua yaitu praktikum mengidentifikasi panjang gelombang spektrum warna pada
lampu gas dilakukan metodologi dan skema alat yang hampir sama dengan
metodologi dan skema alat pada praktikum pertama namun dengan sedikit perubahan
pada penggunaan jenis lampu helium.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum Spektrometer ini bertujuan untuk mempelajari
teori spektrometer prisma dengan pendekatan eksperimental, menentukan indeks
bias prisma kaca, menentukan panjang gelombang dengan menggunakan prisma yang
telah dikalibrasi, dan untuk mengamati spektrum warna cahaya dari panjang
gelombang tertentu telah dilakukan.
Pada praktikum
ini terdapat 2 jenis praktikum berbeda, yaitu Praktikum Menentukan Konstanta A
dan B pada persamaan n(λ) = A + B (1/λ2) dan Praktikum
Mengidentifikasi Panjang Gelombang Spektrum Warna pada Lampu Gas.
A. Praktikum Spektrometer dengan Lampu Gas Hidrogen
Sebelum melakukan
pengamatan terhadap spektrum cahaya lampu gas hirogen, terlebih dahulu para
praktikan melakukan penggukuran besar keadaan sudut awal spektrometer dengan
mencari sudut pelurus kolimator dan prisma. Pada praktikum pertama ini
diketahui bahwa besar keadaan sudut awal spektrometer adalah sebesar 280o.
Kemudian dilanjutkan dengan mengamati spektrum cahaya lampu gas hidrogen dan
didapatkan nilai sudut deviasi spektrum cahaya setelah dilakukan pengurangan
terhadap keadaan sudut awal spektrometer adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan pada Praktikum dengan Lampu Gas
Hidrogen
Warna
|
Sudut Deviasi (β) (o)
|
|||
1
|
2
|
3
|
Rata-rata
|
|
Merah
|
72.2
|
72.3
|
72.3
|
72.2666667
|
Kuning
|
72.6
|
72.9
|
72.8
|
72.7666667
|
Hijau
|
73.7
|
73.7
|
73.7
|
73.7
|
Biru
|
74.3
|
74.2
|
74.3
|
74.2666667
|
Ungu
|
74.7
|
74.9
|
74.8
|
74.8
|
Apabila
diketahui nilai α yang merupakan nilai sudut puncak prisma adalah sebesar 60o,
maka dengan menggunakan persamaan (9) dibawah ini, kita dapat menentukan nilai
indeks bias prisma dengan menggunakan sudut deviasi (β) untuk masing-masing
warna spektrum yang telah dipaparkan pada tabel (1) diatas.
n = .............................(9)
Adapun contoh
perhitungan mencari nilai indeks bias prisma jika nilai α (sudut puncak prisma)
dan β (sudut deviasi prisma) diketahui adalah sebagai berikut.
Dari tabel
diatas diketahui : Pada warna spektrum
merah βrata-rata = 72.2666667o
dan α = 60o. Dengan menggunakan persamaan () indeks bias prisma
diatas dapat diketahui bahwa prisma yang digunakan memiliki indeks bias sebesar
:
n = = 0.161135783
Dari contoh
perhitungan diatas akhirnya dapat kita ketahui bahwa nilai indeks bias prisma
untuk masing-masing spektrum warna prisma pada praktikum ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Nilai Indeks Bias Prisma pada Lampu
Gas Hidrogen
Warna
|
N
|
Merah
|
0.161135783
|
Kuning
|
0.403333495
|
Hijau
|
0.777848442
|
Biru
|
0.927863236
|
Ungu
|
1.001602697
|
Rata-rata
|
0.654356731
|
Pada tabel (2)
diatas dapat kita ketahui nilai indeks bias prisma untuk masing-masing spektrum
warna lampu gas hidrogen. Namun sedikit ada keanehan pada hasil perhitungan nilai
indeks bias tersebut. Seharusnya, walaupun setiap spektrum warna yang melewati
prisma tersebut memiliki kecepatan dan frekuensi yang berbeda, namun seharusnya
nilai indeks bias prisma yang dihasikan pada perhitungan praktikum ini sama
karena untuk mengamati spektrum warna pada praktikum pertama ini digunakan satu
jenis prisma sehingga nilai indeks bias prisma yang dihasilkan pada perhitungan
praktikum diatas seharusnya sama bukan malah nilai indeks bias prismanya
berubah-ubah tergantung pada jenis spektrum warna yang melewatinya.
Karena itu
diperlukan suatu perbaikan mengenai penggunaan rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai indeks bias prisma sehingga akan dihasilkan nilai indeks bias
yang sama untuk masing-masing spektrum warna yang melaluinya.
Kemudian
setelah mengetahui nilai indeks bias prisma tersebut, selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai panjang gelombang untuk masing-masing spektrum warna dengan
menghubungkan regresi linier pada grafik hubungan indeks
bias prisma dan panjang gelombang lampu gas hidrogen dengan formula chaucy yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama kita buat terlebih dahulu grafik
hubungan indeks bias prisma dan panjang gelombang pada lampu gas hidrogen
seperti dibawah ini.
Grafik 1. Hubungan Indeks
Bias Prisma dan Panjang Gelombang pada Lampu Gas Hidrogen
Berdasarkan
grafik 1 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai indeks bias prisma berbanding
terbalik dengan panjang gelombang spektrum warna pada lampu gas hidrogen.
Walaupun pada kenyataannya nilai indeks bias prisma tidak tergantung pada
panjang gelombang spektrum warna yang melewatinya. Panjang gelombang hanya
dipengaruhi oleh jenis mediumnya. Indeks bias air dan udara, misalnya, memiliki
nilai indeks bias yang berbeda walaupun dilewati oleh spektrum warna yang sama.
Namun pada grafik (1) diatas hanya suatu grafik yang membuktikan bahwa nilai
indeks bias prisma berbanding terbalik dengan panjang gelombang spektrum warna
yang melewatinya. Bukan menunjukkan bahwa semakin besar nilai panjang gelombang
suatu spektrum warna maka indeks bias prisma yang dilewatinya semakin kecil.
Kemudian selain
untuk mengetahui hubungan indeks bias dan panjang gelombang, kita juga dapat
menentukan nilai panjang gelombang suatu spektrum warna melalui regresi
liniernya seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Pada grafik (1) diatas diketahui
nilai regresi liniernya adalah
y = -0.0004x + 2.4534
dan R² = 0.9603
Maka, nilai A = -0.0004 dan B = 2.4534.
Sementara
itu Formula Cauchy yang berbunyi n = Aλ + B memiliki kesamaan bunyi
dengan persamaan regresi linier grafik diatas yaitu y = Ax + B. Maka dari kedua
persamaan tersebut akan kita dapatkan rumus mencari nilai panjang gelombang
spektrum cahaya lampu hidrogen dengan menggunakan persamaan regresi linier dan
formula cauchy sebagai berikut.
Regresi Linier : y =
Ax + B
Formula Cauchy : n
= Aλ
+ B
Aλ = n
– B
λ = ………………………...(10)
Adapun contoh perhitungannya
adalah sebagai berikut.
Berdasarkan
hasil perhitungan nilai indeks bias prisma sebelumnya diketahui bahwa warna
spektrum merah menghasilkan nilai indeks bias prisma sebesar 0.161135783. Jika
diketahui nilai konstanta A dan B adalah -0.0004 dan 2.4534, maka panjang
gelombang spektrum merah lampu gas helium tersebut sebesar :
λ
= = = 5730.660543 Å
Sehingga
dengan memanfaatkan persamaan (10) serta
nilai A dan B yang didapatkan dari regresi linier sesuai dengan contoh
perhitungan diatas akan kita dapatkan nilai panjang gelombang masing-masing
spektrum warna lampu gas hidrogen seperti yang dipaparkan pada tabel 3 berikut
ini.
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Nilai Panjang Gelombang
Cahaya Spektrum pada
Lampu Gas Hidrogen
Warna
|
λ (Å)
|
Merah
|
5730.660543
|
Kuning
|
5125.166262
|
Hijau
|
4188.878894
|
Biru
|
3813.841909
|
Ungu
|
3629.493258
|
Setelah
didapatkan nilai panjang gelombang spektrum warna perhitungan, selanjutnya kita
akan membandingkan nilai panjang gelombang spektrum warna yang telah didapatkan
dari perhitungan maupun melalui referensi seperti pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Perbandingan Nilai λ
referensi dan λ
perhitungan
berdasarkan warna
spektrum pada lampu gas hidrogen
Warna
|
λ referensi (Å)
|
λ perhitungan (Å)
|
Merah
|
6700
|
5730.660543
|
Kuning
|
5500
|
5125.166262
|
Hijau
|
4900
|
4188.878894
|
Biru
|
4400
|
3813.841909
|
Ungu
|
4200
|
3629.493258
|
Dari perbandingan
nilai panjang gelombang perhitungan dan referensi pada tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat selisih antara kedua nilai tersebut. Lamda referensi
cenderung memiliki nilai yang relatif lebih besar daripada nilai lamda yang
didapatkan dari proses perhitungan.
Sehingga
dari selisih nilai kedua besaran tersebut kita dapat menentukan nilai error
dari praktikum pertama ini untuk masing-masing data yang didapatkan.
Adapun
rumus yang digunakan untuk mencari nilai error pada praktikum ini antara lain.
Error = x 100%....................(11)
Dengan menggunakan persamaan
(11) kita dapat menentukan nilai error masing-masing data pada praktikum ini
sesuai dengan contoh perhitungan dibawah ini.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa cahaya spektrum
merah memiliki nilai panjang gelombang referensi sebesar 6700 Å dan nilai panjang gelombang
dari hasil perhitungan sebesar 5730.660543 Å. Maka nilai
error yang dimiliki oleh kedua data tersebut adalah sebesar :
Error = x 100%
Error = x 100% = 14.46775309
Jika nilai
error untuk masing-masing data pada praktikum ini dilakukan perhitungan sesuai
dengan contoh diatas, maka akan kita dapatkan nilai error masing-masing data
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Data Perhitungan Error pada Praktikum Spektrometer Lampu
Gas Hidrogen
Warna
|
λ referensi (Å)
|
λ perhitungan (Å)
|
Error (%)
|
Merah
|
6700
|
5730.660543
|
14.46775309
|
Kuning
|
5500
|
5125.166262
|
6.815158876
|
Hijau
|
4900
|
4188.878894
|
14.51267563
|
Biru
|
4400
|
3813.841909
|
13.3217748
|
Ungu
|
4200
|
3629.493258
|
13.58349387
|
Error Rata-rata (%)
|
12.54017125
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa pada praktikum Spektrometer dengan
menggunakan lampu gas Hidrogen kali ini memiliki nilai error rata-rata untuk
semua data yang didapatkan adalah sebesar 12.54017125 %. Hal itu menunjukkan pada perhitungan diatas masih terdapat
kesalahan baik kesalahan yang disebabkan praktikan pada saat praktikum,
perhitungan, maupun berkurangnya keakuratan alat spektrometer dalam menentukan
nilai sudut deviasi spektrum cahaya lampu gas hidrogen.
Akan tetapi, pada analisis nilai indeks
bias sebelumnya telah saya (praktikan) jelaskan bahwa ada keanehan pada data
perhitungan nilai indeks bias prisma yang didapatkan. Pada sudut deviasi yang
bermacam-macam, ternyata menghasilkan indek bias yang bermacam-macam, padahal
prisma, kolimator, dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sama,
tanpa ada perubahan apapun. Sehingga walaupun sudut deviasi spektrum cahaya
yang didapatkan memiliki nilai yang berbeda namun seharusnya pada praktikum ini
nilai indeks bias prisma yang didapatkan untuk semua jenis warna spektrum
adalah sama karena alat dan prisma yang digunakan adalah sama bukannya justru
berbeda dan dicari nilai rata-rata indeks biasnya.
B. Praktikum Spektrometer dengan Lampu Gas Helium
Setelah
menganalisis hasil data pada praktikum pertama, selanjutnya kita akan melakukan
analisis hasil data pada praktikum kedua yaitu praktikum Spektrometer dengan
menggunakan lampu gas helium. Adapun data hasil pengamatan yang didapatkan
praktikan pada praktikum ini antara lain.
Tabel 6. Data Hasil Pengamatan pada Praktikum dengan Lampu Gas
Helium
Warna
|
Sudut Deviasi (β) (o)
|
||
1
|
2
|
Rata-rata
|
|
Merah
|
72.3
|
72.4
|
72.35
|
Kuning
|
72.6
|
72.9
|
72.75
|
Hijau
|
73.1
|
73.8
|
73.45
|
Biru
|
74
|
74.2
|
74.1
|
Ungu
|
74.3
|
75.2
|
74.75
|
Pada praktikum kedua ini,
para praktikan hanya melakukan dua kali pengulangan dengan mengamati dua
spektrum warna yang sama namun memiliki intensitas kecerahan yang berbeda
seperti yang telah ditunjukkan pada tabel diatas. Selanjutnya untuk
masing-masing warna akan dicari nilai sudut deviasi rata-rata yang nanti akan
digunakan pada persamaan (9) dibawah ini sebagai sudut β untuk menentukan nilai
indeks bias prisma yang digunakan pada pengamatan ini. Adapun rumus dan contoh
pengerjaannya adalah sebagai berikut.
Persamaan (9) :
n =
Dari tabel
diatas diketahui : Pada warna spektrum
merah βrata-rata = 72.35o dan α
= 60o. Dengan menggunakan persamaan () indeks bias prisma diatas
dapat diketahui bahwa prisma yang digunakan memiliki indeks bias sebesar :
n = = 0.202617384
Berdasarkan
contoh perhitungan nilai indeks bias untuk warna merah diatas, dengan
menggunakan persamaan (9) tersebut kita dapat menentukan nilai indeks bias
prisma untuk semua spektrum warna lampu gas helium seperti pada tabel dibawah
ini
Tabel 7. Data Hasil Perhitungan Nilai Indeks Bias Prisma pada Lampu
Gas Helium
Warna
|
n
|
Merah
|
0.202617384
|
Kuning
|
0.395583951
|
Hijau
|
0.691045879
|
Biru
|
0.890992236
|
Ungu
|
0.997653001
|
Rata-rata
|
0.63557849
|
Seperti penjelasan pada parktikum
pertama sebelumnya, bahwa sedikit ada keanehan pada hasil perhitungan nilai
indeks bias diatas. Seharusnya, walaupun setiap spektrum warna yang melewati
prisma tersebut memiliki kecepatan dan frekuensi yang berbeda, namun seharusnya
nilai indeks bias prisma yang dihasikan pada perhitungan praktikum ini sama
karena untuk mengamati spektrum warna pada praktikum pertama ini digunakan satu
jenis prisma sehingga nilai indeks bias prisma yang dihasilkan pada perhitungan
praktikum diatas seharusnya sama bukan malah nilai indeks bias prismanya
berubah-ubah tergantung pada jenis spektrum warna yang melewatinya.
Karena itu
diperlukan suatu perbaikan mengenai penggunaan rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai indeks bias prisma sehingga akan dihasilkan nilai indeks bias
yang sama untuk masing-masing spektrum warna yang melaluinya.
Kemudian
setelah mengetahui nilai indeks bias prisma tersebut, selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai panjang gelombang untuk masing-masing spektrum warna dengan
menghubungkan regresi linier pada grafik hubungan indeks
bias prisma dan panjang gelombang lampu gas helium dengan formula chaucy yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama kita buat terlebih dahulu grafik
hubungan indeks bias prisma dan panjang gelombang pada lampu gas helium seperti
dibawah ini.
Grafik 2. Hubungan Indeks Bias Prisma dan Panjang Gelombang Cahaya
Spektrum pada Lampu Gas Helium
Berdasarkan
grafik 2 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai indeks bias prisma berbanding
terbalik dengan panjang gelombang spektrum warna pada lampu gas helium.
Walaupun pada kenyataannya nilai indeks bias prisma tidak tergantung pada
panjang gelombang spektrum warna yang melewatinya. Panjang gelombang hanya
dipengaruhi oleh jenis mediumnya. Indeks bias air dan udara, misalnya, memiliki
nilai indeks bias yang berbeda walaupun dilewati oleh spektrum warna yang sama.
Namun pada grafik (1) diatas hanya suatu grafik yang membuktikan bahwa nilai
indeks bias prisma berbanding terbalik dengan panjang gelombang spektrum warna
yang melewatinya. Bukan menunjukkan bahwa semakin besar nilai panjang gelombang
suatu spektrum warna maka indeks bias prisma yang dilewatinya semakin kecil.
Kemudian
selain untuk mengetahui hubungan indeks bias dan panjang gelombang, kita juga
dapat menentukan nilai panjang gelombang suatu spektrum warna melalui regresi
liniernya seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Pada grafik diketahui nilai regresi liniernya :
y = -0.0003x + 2.2431
dan R² = 0.923
Maka, nilai A =
-0.0003 dan B = 2.2431
Dengan
menggunakan konstanta A dan B pada regresi linier tersebut, kita dapat
menentukan nilai panjang gelombang cahaya spektrum, yaitu :
Regresi Linier : y = Ax + B
Formula Cauchy : n = Aλ
+ B
Aλ = n – B
Persamaan (10) :
λ =
Selanjutnya
dengan menggunakna persamaan (10) diatas kita dapat menenetukan nilai panjang
gelombang masing-masing spektrum warna yang melewati prisma sesuai dengan
contoh perhitungan berikut ini.
Berdasarkan
hasil perhitungan nilai indeks bias prisma sebelumnya diketahui bahwa warna
spektrum merah menghasilkan nilai indeks bias prisma sebesar 0.202617384. Jika
diketahui nilai konstanta A dan B adalah -0.0003 dan 2.2431. Maka panjang
gelombang spektrum merah lampu gas helium tersebut sebesar :
λ = = = 6801.608721 Å
Sehingga
dengan memanfaatkan persamaan (10) serta
nilai A dan B yang didapatkan dari regresi linier sesuai dengan contoh
perhitungan diatas akan kita dapatkan nilai panjang gelombang masing-masing
spektrum warna lampu gas hidrogen seperti yang dipaparkan pada tabel 8 berikut
ini.
Tabel 8. Data Hasil Perhitungan Nilai Panjang Gelombang
Cahaya Spektrum pada
Lampu Gas Helium
Warna
|
λ (Å)
|
Merah
|
6801.608721
|
Kuning
|
6158.386832
|
Hijau
|
5173.513738
|
Biru
|
4507.025879
|
Ungu
|
4151.489996
|
Setelah
didapatkan nilai panjang gelombang spektrum warna perhitungan, selanjutnya kita
akan membandingkan nilai panjang gelombang spektrum warna yang telah didapatkan
dari perhitungan maupun melalui referensi seperti pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Perbandingan Nilai λ
referensi dan λ
perhitungan
berdasarkan warna
spektrum pada lampu gas helium
Warna
|
λ referensi (Å)
|
λ perhitungan (Å)
|
Merah
|
7150
|
6801.608721
|
Kuning
|
5795
|
6158.386832
|
Hijau
|
5395
|
5173.513738
|
Biru
|
4920
|
4507.025879
|
Ungu
|
4220
|
4151.489996
|
Dari perbandingan
nilai panjang gelombang perhitungan dan referensi pada tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat selisih antara kedua nilai tersebut. Lamda referensi
cenderung memiliki nilai yang relatif lebih besar daripada nilai lamda yang
didapatkan dari proses perhitungan.
Sehingga dari
selisih nilai kedua besaran tersebut kita dapat menentukan nilai error dari
praktikum pertama ini untuk masing-masing data yang didapatkan.
Adapun
rumus yang digunakan untuk mencari nilai error pada praktikum ini antara lain.
Persamaan
(11) :
Error = x 100%
Dengan menggunakan persamaan (11) kita dapat menentukan
nilai error masing-masing data pada praktikum ini sesuai dengan contoh
perhitungan dibawah ini.
Berdasarkan tabel 9 diatas diketahui bahwa cahaya spektrum
merah memiliki nilai panjang gelombang referensi sebesar 7150 Å dan nilai panjang gelombang
dari hasil perhitungan sebesar 6801.608721 Å. Maka nilai
error yang dimiliki oleh kedua data tersebut adalah sebesar :
Error = x 100%
Error =
x 100% = 4.872605307
Jika nilai
error untuk masing-masing data pada praktikum ini dilakukan perhitungan sesuai
dengan contoh diatas, maka akan kita dapatkan nilai error masing-masing data
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 10. Data Perhitungan Error pada Praktikum Spektrometer Lampu
Gas Helium
Warna
|
λ referensi (Å)
|
λ perhitungan (Å)
|
Error (%)
|
Merah
|
7150
|
6801.608721
|
4.872605
|
Kuning
|
5795
|
6158.386832
|
6.270696
|
Hijau
|
5395
|
5173.513738
|
4.105399
|
Biru
|
4920
|
4507.025879
|
8.393783
|
Ungu
|
4220
|
4151.489996
|
1.62346
|
Error Rata-rata
|
5.05318855
|
Berdasarkan tabel
diatas dapat diketahui bahwa pada praktikum Spektrometer dengan menggunakan
lampu gas Helium kali ini memiliki nilai error rata-rata untuk semua data yang
didapatkan adalah sebesar 5.05318855%.
Hal itu menunjukkan pada perhitungan diatas masih terdapat kesalahan baik
kesalahan yang disebabkan praktikan pada saat praktikum, perhitungan, maupun
berkurangnya keakuratan alat spektrometer dalam menentukan nilai sudut deviasi
spektrum cahaya lampu gas helium.
Akan tetapi, pada analisis nilai indeks
bias sebelumnya telah saya (praktikan) jelaskan bahwa ada keanehan pada data
perhitungan nilai indeks bias prisma yang didapatkan. Pada sudut deviasi yang
bermacam-macam, ternyata menghasilkan indek bias yang bermacam-macam, padahal
prisma, kolimator, dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sama,
tanpa ada perubahan apapun. Sehingga walaupun sudut deviasi spektrum cahaya
yang didapatkan memiliki nilai yang berbeda namun seharusnya pada praktikum ini
nilai indeks bias prisma yang didapatkan untuk semua jenis warna spektrum
adalah sama karena alat dan prisma yang digunakan adalah sama bukannya justru
berbeda dan dicari nilai rata-rata indeks biasnya.
IV. KESIMPULAN
Pada
praktikum Spektrometer ini dilakukan dua jenis praktikum, yaitu praktikum
Spektrometer dengan lampu gas Hidrogen dan lampu gas Helium.
Pada
kedua praktikum ini, para praktikan sudah mempelajari teori spektrometer dengan
pendekatan eksperimental dan mengamati spektrum warna cahaya dari panjang
gelombang tertentu.
Pada
praktikum Spektrometer dengan lampu gas hidrogen, didapatkan nilai indeks bias
prisma rata-rata adalah sebesar 0.654356731. Pada praktikum ini juga
didapatkan nilai panjang gelombang untuk masing-masing spektrum warna dengan
menggunakan prisma yang telah dikalibrasi. Adapun nilai panjang gelombangnya
adalah sebagai berikut : merah (5730.660543 Å), kuning (5125.166262 Å),
hijau (4188.878894 Å), biru (3813.841909
Å), dan ungu (3629.493258 Å).
Sementara
itu, pada praktikum Spektrometer dengan lampu gas helium, didapatkan nilai
indeks bias prisma rata-rata adalah sebesar 0.63557849. Pada praktikum
ini juga didapatkan nilai panjang gelombang untuk masing-masing spektrum warna
dengan menggunakan prisma yang telah dikalibrasi. Adapun nilai panjang
gelombangnya adalah sebagai berikut : merah (6801.608721
Å),
kuning (6158.386832 Å), hijau (5173.513738
Å), biru (4507.025879 Å),
dan ungu (4151.489996 Å).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada asisten laboratorium Fisika Modern yang telah membimbing dalam melakukan praktikum,
dan teman-teman yang telah membantu dalam melakukan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]
Beiser,
Arthur. 1987. Konsep Fisika Modern Edisi
Keempat. Penerbit Erlangga, Jakarta
[2]
Halliday,
Resnick. 1986. Fisika Modern (Terjemahan
Pantur Silaban). PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
[3]
Diah, Septia.
2002. Jurnal Ilmiah Praktikum Radiasi_4
[4]
Fisika
FMIPA, Dosen. 2011. Fisika II (Listrik,
Magnet, Gelombang, Optika, Fisika Modern). ITS press, Surabaya.
[5]
Halliday,
Resnick. 1977. Fisika Jilid 2 Edisi 3
(Terjemahan Pantur Silaban). Penerbit Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN
TABEL KONSTANTA ANALISA RALAT DATA
n
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
8
|
11
|
21
|
df
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
7
|
10
|
20
|
t2,α,df
|
13,7
|
4,3
|
3,18
|
2,78
|
2,57
|
2,36
|
2,23
|
2,0
|
Tabel 11. Data Hasil Pengamatan pada Praktikum dengan Lampu Gas
Hidrogen
Warna
|
Sudut Deviasi (β) (o)
|
Cd β%
|
Cl β%
|
|||
1
|
2
|
3
|
Rata-rata
|
|||
Merah
|
72.2
|
72.3
|
72.3
|
72.267
|
0.129
|
72.267 ± 0.129
|
Kuning
|
72.6
|
72.9
|
72.8
|
72.767
|
72.767 ± 0.129
|
|
Hijau
|
73.7
|
73.7
|
73.7
|
73.7
|
73.7 ± 0.129
|
|
Biru
|
74.3
|
74.2
|
74.3
|
74.267
|
74.267 ± 0.129
|
|
Ungu
|
74.7
|
74.9
|
74.8
|
74.8
|
74.8 ± 0.129
|
Nilai
Deviasi Data
di = βi - βrata-rata…………………..(12)
Standar
Deviasi
S = = = 0.1040833
Interval
Deviasi Data
Cd β% = (t2,α,df) x = 2.78 x = 0.129401958
Interval Kevalidan Data
Cl β% = βrata-rata ± Cd β%.........................(13)
Grafik 3. Analisa Ralat
Data Sudut Deviasi Prisma pada Lampu Gas Hidrogen
Tabel 12. Data Hasil Pengamatan pada Praktikum dengan Lampu Gas
Helium
Warna
|
Sudut Deviasi (β) (o)
|
Cd β%
|
Cl β%
|
|||
1
|
2
|
Rata-rata
|
||||
Merah
|
72.3
|
72.4
|
72.35
|
0.373
|
72.35 ± 0.373
|
|
Kuning
|
72.6
|
72.9
|
72.75
|
72.75 ± 0.373
|
||
Hijau
|
73.1
|
73.8
|
73.45
|
73.45 ± 0.373
|
||
Biru
|
74
|
74.2
|
74.1
|
74.1 ± 0.373
|
||
Ungu
|
74.3
|
75.2
|
74.75
|
74.75 ± 0.373
|
Nilai
Deviasi Data
di = βi - βrata-rata
Standar
Deviasi
S = = = 0.3
Interval
Deviasi Data
Cd β% = (t2,α,df) x = 2.78 x = 0.373
Interval Kevalidan Data
Cl β% = βrata-rata
± Cd β%
Grafik 4. Analisa Ralat
Data Sudut Deviasi Prisma pada Lampu Gas Helium
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus