Rangkaian Seri dan Paralel (E2)
|
Philin
Yolanda Dwi Sagita, Maylita
Martani, Endarko, M.Si, P.hD
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: mm.myta@gmail.com |
Abstrak—Praktikum Rangkaian Seri dan
Paralel (E1) yang bertujuan untuk mengetahui
kharakteristik arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel 2 buah
resistor telah dilakukan. Nilai resistor
yang digunakan pada praktikum ini adalah sebesar (1000 ± 5%) Ω dan (1800 ± 10%)
Ω. Sementara itu, nilai tegangan sumber yang digunakan adalah sebesar 5 volt
dan 12 volt. Pada praktikum Rangkaian Seri didapatkan nilai tegangan ukur R1
pada tegangan sumber 5 volt dan 12 volt sebesar 1.7874 volt dan 4.238 volt.
Sedangkan nilai tegangan ukur R2 pada saat diberi tegangan sumber 5
volt dan 12 volt adalah sebesar 3.23 volt dan 7.69 volt. Pada praktikum
Rangkaian Paralel, nilai arus ukur R1 pada saat diberi tegangan
sumber 5 volt dan 12 volt adalah sebesar 0.00574 A dan 0.0187 A. Dan arus ukur
R2 pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt sebesar 0.00274
A dan 0.00676 A. Setelah dilakukan
pengukuran terhadap nilai arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel
selanjutnya kedua besaran tersebut dibandingkan dengan nilai arus dan tegangan
hitung yang telah didapatkan sebelumnya dengan menerapkan hukum ohm. Akhirnya
dari kedua praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian seri memiliki
nilai arus yang sama namun memiliki tegangan listrik yang berbeda untuk setiap
titik pada rangkaiannya. Sedangkan pada rangkaian paralel memiliki nilai
tegangan yang sama namun memiliki arus listrik yang berbeda pada setiap
percabangannya.
I. PENDAHULUAN
Salah satu konsep yang paling mendasar
dalam analisis rangkaian listrik adalah konsep kekekalan muatan. Dari ilmu
fisika kita mengetahui adanya dua jenis muatan, yaitu muatan prositif
(berkorespondensi dengan proton) dan muatan negatif (berkorespondensi dengan
elektron). Gagasan “transfer muatan” atau “pergerakan muatan” merupakan hal
yang sangat penting bagi kita dalam mempelajari rangkaian listrik karena dalam
menggerakkan muatan dari suatu titik ke titik yang lain akan terjadi juga
transfer atau perpindahan energi.[2]
Kita mendefisikan arus pada suatu titik dan arus yang mengalir
dalam suatu arah tertentu sebagai laju sesaat dimana muatan positif netto
bergerak melewati titik tertentu dalam arah tertentu yang ditetapkan. Sayangnya
definisi tersebut merupakan sebuah definisi historis yang terlanjur populer
digunakan sebelum akhirnya diketahui bahwa arus yang mengalir didalam sebuah
kawat penghantar sesungguhnya diakubatkan oleh pergerakan muatan negatif, bukan
pergerakan positif. Arus disimbolkan dengan huruf i atau I, sehingga
I = …...………………….(1)
Satuan arus
adalah Ampere (A), yang diambil dari nama fisikawan Perancis, A.M. Ampere.
Satuan ampere ini seringkali disingkat menjadi “amp” meskipun singkatan ini
tidak resmi dan bersifat informal.[1]
Dengan
menggunakan persamaan [1] diatas, kita dapat menghitung arus sesaat (i) dan
arus yang bernilai konstan (invarian terhadap waktu) atau sering disimbolkan
dengan huruf besar I.
Lebih mudah
bagi kita untuk membayangkan arus sebagai gerakan muatan positif, meskipun
diketahui bahwa arus yang mengalir dalam penghantar logam dihasilkan dari
pergerakan elektron. Dalam gas-gas yang terionisasi, larutan elektrolit, dan
dalam beberapa material semikonduktor, pergerakan elemen-elemen bermuatan
positif akan membentuk sebagian atau seluruh bagian arus. Jadi semua definisi
arus bersesuaian dengan sifat fisika dari konduksi.[4]
Penting untuk
disadari bahwa tanda panah arus tidak mengindikasi arah “sebenarnya” dari
aliran arus tetapi semata-mata merupakan bagian dari konvensi atau kesepakatan
untuk mengungkapkan “aliran arus didalam kawat penghantar” agar tidak
menimbulkan kebingungan atau ambiguitas. Tanda panah merupakan bagian yang
fundamental dari definisi arus. Jadi menyebutkan nilai sebuah arus i(t) tanpa
menentukan tanda panahnya adalah sama dengan membahas sebuah besaran yang tak
terdefinisi.[1]
Sementara itu,
apabila terdapat arus listik melewati kedua terminal pada rangkaian maka
dibutuhkan sebuah energi untuk menekan muatan melalui elemen kawat. Dengan demikian,
akan kita katakan bahwa sebuah tegangan listrik (atau sebuah selisih atau beda
potensial) akan muncul diantara kedua terminal. Jadi, tegangan pada sepasang
terminal merupakan ukuran untuk kerja yang diperlukan untuk memindahkan muatan
melalui elemen. Satuan tegangan adalah volt, dan 1 volt adalah sama dengan 1
J/C. Tegangan disimbolkan dengan V.[3]
Tegangan dapat
muncul diantara sepasang terminal listrik dengan atau tanpa adanya arus yang
mengalir. Sebuah aki (baterai) misalnya, memiliki tegangan sebesar 12 volt
diantara terminal-terminalnya meski tidak ada elemen listrik yang terhubung
pada terminal-terminalnya.
Resistor
merupakan elemen pasif yang paling sederhana. Fisikawan Jerman, George Simon
Ohm, mempublikasikan sebuah pamflet yang memaparkan hasil-hasil dari usahanya
mengukur arus dan tegangan serta hubungan matematika diantara keduanya. Salah
satu hasil yang diperolehnya adalah pernyataan tentang relasi fundamental yang
saat ini disebut sebagai Hukum Ohm, meskipun sesungguhnya hal ini telah ditemukan
46 tahun sebelumnya di Inggris oleh Henry Cavendish. Plamflet yang
dipublikasikan George Simon Ohm banyak menerima kritik yang tidak pantas dan
menjadi bahan tertawaan selama beberapa tahun setelah publikasi pertamanya
sebelum akhirnya karyanya itu diterima beberapa tahun setelahnya.[4]
Hukum ohm
menyatakan bahwa tegangan pada terminal-terminal material penghantar berbading
lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini, secara matematis hal
ini dirumuskan sebagai,
V = I R……………………………...(2)
Dimana
konstanta proporsional atau kesebandingan R disebut sebagai resistansi. Satuan
untuk resistansi adalah ohm, yaitu 1 V/A, dan biasa disingkat dengan huruf
besar omega Ω.
Interkoneksi
dari dua atau lebih elemen-elemen rangkaian sederhana akan membentuk sebuah
jaringan listrik.jika jaringan ini mengandung sedikitnya satu buah lintasan
tertutup maka jaringan ini juga merupakan sebuah rangkaian listrik. Adapun
jenis-jenis rangkaian listrik sederhana yang sering digunakan antara lain
Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel.[4]
Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik
yang dihubungkan ke catu daya lewat satu rangkaian. Rangkaian seri dapat berisi
banyak beban listrik dalam satu rangkaian. Dua buah elemen berada dalam
susunan seri jika mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak terhubung
menuju elemen pembawa arus pada suatu jaringan.
Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri.
Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri.
Pada
hubungan seri, berlaku :
…………………………(3)
Menurut
hukum Ohm :
Maka
hambatan total rangkaian seri (Rs) adalah:
……………………(4)
Sementara itu, Rangkaian Paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu
bagian garis edar untuk mengalirkan arus. Dalam kendaraan bermotor,
sebagian besar beban listrik dihubungkan secara parallel. Masing-masing
rangkaian dapat dihubung-putuskan tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain.Dalam
rangkaian paralel, tegangan yang melintas pada semua elemen-elemennya adalah
sama besar. Pada rangkaian paralel, nilai arus listrik dari tegangan sumber
menyebar mengalir ke setiap cabang,
sehingga :
………………...(5)
Dimana ,
Sehingga :
Menurut
hukum Ohm :
Maka hambatan total
rangkaian paralel (Rp) adalah :
…………….(6)
II.METODE
A.
Praktikum Rangkaian Seri
Langkah awal dalam praktikum ini adalah
menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum,
yaitu Power Supply (DC), 2 buah Resistor,
VOM, dan Project Board. Selanjutnya adalah menghitung besar resistor-resistor yang digunakan
dengan cara menghitung gelang yang terdapat pada resistor. Dengan menggunakan
buku sebagai referensi, didapatkan resistor pertama (R1) yang berukuran lebih besar memiliki gelang yang berwarna coklat,
hitam, merah, dan emas secara
berurutan. Artinya nilai resistor tersebut senilai 1000 ± 5% ohm. Sedangkan resistor kedua (R2) yang berukuran lebih kecil memiliki warna gelang coklat, abu-abu,
merah, dan perak. Artinya resistor tersebut bernilai 1800 ± 10% ohm. Adapun rumus menghitung nilai resistansi maksimum dan minimum
pada praktikum ini antara lain :
Rmax = R + Toleransi
Rmax
= R + ………………...(5)
Rmin = R - Toleransi
Rmin = R - …………………(6)
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu dilakukan uji nilai
kesetaraan pembacaan nilai tegangan output yang diperkirakan akan dihasilkan
pada praktikum ini sama dengan nilai tegangan input yang telah diberikan oleh
power suplay DC dengan menerapkan hukum ohm.
V1max = x V……………………….(7)
V1min = x V……………………….(8)
V2max = x V……………………….(9)
V2max = x V……………………...(10)
Jika nilai tegangan output
≤ nilai tegangan input, maka
praktikum dapat segera dilaksanakan. Sedangkan jika nilai tegangan output ≥
nilai tegangan input, maka jenis resistor yang digunakan sebaiknya diubah
karena dapat menyebabkan terbakarnya resistor yang digunakan.
Setelah semua nilai tegangan output memiliki nilai ≤ nilai
tegangan input, maka praktikum dapat segera dimulai.
Praktikum Rangkaian
Seri dilakukan dengan menyusun R1
dan R2 secara seri, serta disusun paralel
dengan VOM untuk didapatkan nilai tegangan ukur pada R1 dan pada
R2. Pada praktikum ini digunakan dua variasi tegangan sumber
yaitu 5V dan 12 V dengan 5
kali pengulangan untuk masing-masing nilai tegangan sumber yang digunakan.
Sehingga akan didapatkan 10 data untuk satu jenis nilai tegangan sumber.
Gambar 1. Rangkaian Seri
B.
Praktikum Rangkaian Paralel
Langkah awal dalam praktikum ini
adalah menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan
praktikum, yaitu Power Supply (DC), 2 buah Resistor,
VOM, dan Project Board. Selanjutnya adalah menghitung besar resistor-resistor yang digunakan
dengan cara menghitung gelang yang terdapat pada resistor. Dengan menggunakan
buku sebagai referensi, didapatkan resistor pertama (R1) yang berukuran lebih besar memiliki gelang yang berwarna coklat,
hitam, merah, dan emas secara
berurutan. Artinya nilai resistor tersebut senilai 1000 ± 5% ohm. Sedangkan resistor kedua (R2) yang berukuran lebih kecil memiliki warna gelang coklat, abu-abu,
merah, dan perak. Artinya resistor tersebut bernilai 1800 ± 10% ohm. Adapun rumus menghitung nilai resistansi maksimum dan minimum
pada praktikum ini dapat dilihat di persamaan no (5) dan (6) pada praktikum
Rangkaian Seri.
Sebelum melakukan praktikum, terlebih
dahulu dilakukan uji nilai kesetaraan pembacaan nilai arus output total yang
diperkirakan akan dihasilkan pada praktikum ini sama dengan nilai arus input
yang telah diberikan oleh power suplay DC dengan menerapkan hukum ohm seperti
pada praktikum Rangkaian Seri sebelumnya namun dalam peninjauan arus listrik
ukur.
I1
(max) = ……………….............(11)
I1
(min) = ………………………...(12)
I2
(max) = ……………….............(13)
I2 (min)
= ………………………...(14)
Jika nilai arus output ≤
nilai arus input, maka praktikum dapat segera dilaksanakan. Sedangkan
jika nilai arus output ≥ nilai arus input, maka jenis resistor yang digunakan
sebaiknya diubah karena dapat menyebabkan terbakarnya resistor yang digunakan.
Setelah semua nilai arus output
memiliki nilai ≤ nilai arus input, maka praktikum dapat segera dimulai.
Praktikum kedua yaitu praktikum Rangkaian
Paralel dilakukan dengan menyusun
resistor R1 dan R2 secara paralel terhadap tegangan sumber. Dan kemudian rangkaian juga disusun secara
seri dengan VOM untuk didapatkan nilai arus listrik yang melewati rangkaian R1
dan R2. Pada praktikum ini digunakan
dua variasi tegangan sumber yaitu
5V dan 12 V dengan 5 kali pengulangan untuk masing-masing nilai tegangan
sumber yang digunakan. Sehingga akan didapatkan 10 data untuk satu jenis nilai
tegangan sumber.
Gambar 2.
Rangkaian Paralel
Setelah
dilakukan praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) sesuai dengan metode
diatas, selanjutnya akan ditentukan nilai error yang terdapat pada setiap data
yang diambil dan diperoleh baik dari hasil pengamatan maupun perhitungan pada
praktikum ini. Adapun rumus menghitung nilai error pada data praktikum
Rangkaian Seri dan Paralel (E2) ini antara lain:
Error Pada Praktikum Rangkaian Seri (Eseri)
Eseri = ……………….(15)
Error Pada Praktikum Rangkaian Paralel (Eparalel)
Eparalel = …………….(16)
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
Praktikum Penggunaan
Alat Ukur (E1) ini bertujuan
untuk mengetahui kharakteristik arus dan tegangan pada rangkaian seri
dan paralel 2 buah resistor.
Peralatan yang digunakan adalah Power Supply (DC), 2 buah Resistor, VOM,
dan Project Board. Dilakukan 2 jenis praktikum yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.
A.
Praktikum Rangkaian Seri
Pada praktikum Rangkaian Seri dilakukan
variasi nilai tegangan sumber sebesar 5 volt dan 12 volt. Sementara itu, data
hasil pengamatan yang akan didapatkan pada praktikum ini berupa nilai tegangan
ukur pada R1 dan R2 yang nanti akan dibandingkan dengan nilai tegangan hitung
R1 dan R2 yang telah didapatkan sebelumnya. Adapun data hasil pengamatan dan
perhitungan yang berhasil didapatkan pada praktikum Rangkaian Seri telah
dilampirkan sebagai berikut.
Tabel 1. Data hasil pengamatan dan
perhitungan pada Rangkaian Seri
Vsumber (volt)
|
VR1-ukur (volt)
|
VR2-ukur (volt)
|
VR1-hitung (volt)
|
VR2-hitung (volt)
|
5
|
1.788
|
3.23
|
1.7857
|
3.214
|
1.788
|
3.23
|
|||
1.787
|
3.23
|
|||
1.787
|
3.23
|
|||
1.787
|
3.23
|
|||
12
|
4.24
|
7.69
|
4.28
|
7.704
|
4.23
|
7.69
|
|||
4.24
|
7.69
|
|||
4.24
|
7.69
|
|||
4.24
|
7.69
|
Berdasarkan dengan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan nilai antara nilai tegangan listrik R1 dan R2 yang
didapatkan dari hasil pengamatan skala pada VOM dengan nilai tegangan listrik
pada R1 dan R2 dari hasil perhitungan dengan menggunakan hukum ohm.
Hal itu dikarenakan terdapat hambatan dalam pada VOM maupun
perangkat kabel yang digunakan. Hambatan dalam tersebut tidak termasuk kedalam
perhitungan nilai tegangan hitung sehingga nilai tegangan hitung relatif lebih
kecil dibandingkan dengan nilai tegangan ukur yang didapatkan dari hasil
pengamatan skala pada VOM.
B.
Praktikum Rangkaian Paralel
Pada praktikum Rangkaian Paralel juga dilakukan variasi nilai
tegangan sumber sebesar 5 volt dan 12 volt. Sementara itu, data hasil
pengamatan yang akan didapatkan pada praktikum ini berupa nilai arus ukur pada
R1 dan R2 yang nanti akan dibandingkan dengan nilai arus hitung R1 dan R2 yang
telah didapatkan pada perhitungan sebelumnya. Adapun data hasil pengamatan dan
perhitungan yang berhasil didapatkan pada praktikum Rangkaian Paralel telah
dilampirkan sebagai berikut.
Tabel 2. Data hasil pengamatan dan perhitungan pada Rangkaian Paralel
Vsumber (volt)
|
IR1-ukur (ampere)
|
IR2-ukur (ampere)
|
IR1-hitung (ampere)
|
IR2-hitung (ampere)
|
5
|
0.0057
|
0.0027
|
0.005
|
0.00278
|
0.0058
|
0.0027
|
|||
0.0057
|
0.0028
|
|||
0.0057
|
0.0027
|
|||
0.0058
|
0.0028
|
|||
12
|
0.0187
|
0.0067
|
0.012
|
0.00667
|
0.0187
|
0.0068
|
|||
0.0187
|
0.0068
|
|||
0.0187
|
0.0068
|
|||
0.0187
|
0.0067
|
Dari data hasil perhitungan dan pengamatan pada praktikum
rangkaian paralel dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai arus yang
seharusnya melewati rangkaian berdasarkan hasil perhitungan dengan nilai arus
listrik yang ternyata melewati rangkaian berdasarkan dengan skala yang ditera
pada VOM.
Berdasarkan data diatas, nilai arus listrik yang terukur oleh VOM
memiliki nilai yang relatif lebih besar daripada nilai arus yang seharusnya
melewati rangkaian sesuai dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan
sebelumnya.
Dari kedua praktikum ini dapat disimpulkan bahwa baik nilai
tegangan maupun arus listrik ukur memiliki nilai yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan nilai tegangan dan arus hitung yang seharusnya melewati
rangkaian. Hal tersebut dikarenakan terdapat nilai hambatan dalam pada alat VOM
dan kabel yang tidak termasuk dalam perhitungan sehingga akan mempengaruhi
nilai tegangan dan arus listrik pada hasil perhitungan dan pengamatan skala
VOM.
Hasil yang didapatkan pada kedua praktikum ini sesuai dengan
bunyi hukum ohm yang pertama dimana nilai tegangan listrik pada rangkaian
memiliki kesebandingan dengan nilai arus listrik yang melewati rangkaian.
Semakin tinggi nilai tegangan pada rangkaian maka semakin banyak pula arus
listrik yang melewati rangkaian.
Akan tetapi, sebagus apapun data hasil pengamatan, pratikum yang
dilakukan dengan metode pengulangan pasti memiliki tingkat ke-error-an yang
lebih besar dibandingkan dengan data hasil praktikum tanpa pengulangan. Oleh
karena itu, pada praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) ini juga akan
dilakukan perhitungan mengenai nilai error yang dimiliki oleh setiap data
praktikum yang didapatkan. Berikut akan dipaparkan nilai error yang dimiliki
oleh data hasil pengamatan baik pada praktikum Rangkaian Seri maupun praktikum
Rangkaian Paralel.
Tabel 3. Data error Praktikum Rangkaian Seri
Vsumber (volt)
|
ERROR
|
|
VR1 (%)
|
VR2 (%)
|
|
5
|
0.12880103
|
0.497822029
|
0.12880103
|
0.497822029
|
|
0.072800582
|
0.497822029
|
|
0.072800582
|
0.497822029
|
|
0.072800582
|
0.497822029
|
|
12
|
0.934579439
|
0.18172378
|
1.168224299
|
0.18172378
|
|
0.934579439
|
0.18172378
|
|
0.934579439
|
0.18172378
|
|
0.934579439
|
0.18172378
|
Tabel 4. Data error
Praktikum Rangkaian Paralel
Vsumber (volt)
|
ERROR
|
|
IR1 (%)
|
IR2 (%)
|
|
5
|
14
|
2.877697842
|
16
|
2.877697842
|
|
14
|
0.71942446
|
|
14
|
2.877697842
|
|
16
|
0.71942446
|
|
12
|
55.83333333
|
0.449775112
|
55.83333333
|
1.949025487
|
|
55.83333333
|
1.949025487
|
|
55.83333333
|
1.949025487
|
|
55.83333333
|
0.449775112
|
Kedua tabel diatas merupakan nilai error yang dimiliki oleh
Praktikum Rangkaian Seri maupun Praktikum Rangkaian Paralel. Dari data tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa Praktikum Rangkaian Seri memiliki data hasil
praktikum yang lebih bagus daripada data hasil praktikum yang dimiliki oleh
data hasil praktikum pada Praktikum Rangkaian Paralel. Hal itu dikarenakan pada
praktikum Rangkaian Seri nilai error yang dimiliki berada diantara 0 ≤ e ≤ 1.
Sementara pada Praktikum Rangkaian Paralel, khususnya pada saat diberi tegangan
12 volt, nilai error yang dimiliki oleh R1 mencapai nilai 55.83 %. Begitu pula
pada data R1 pada tegangan 5 volt yang memiliki nilai error 14%. Itu merupakan
tingkat error yang cukup tinggi, sehingga diperlukan beberapa perbaikan dan
pengoreksian lagi mengenai data hasil pengamatan maupun perhitungannya.
IV.KESIMPULAN
Pada praktikum
Rangkaian Seri dan Paralel (E2) yang terdiri dari 2 jenis
praktikum yang berbeda yakni pada praktikum pertama dengan sub tema Rangkaian
Seri didapatkan nilai tegangan ukur R1 pada tegangan sumber 5 volt
dan 12 volt sebesar 1.7874 volt dan 4.238 volt. Sedangkan nilai tegangan ukur R2
pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt adalah sebesar 3.23 volt
dan 7.69 volt. Pada praktikum Rangkaian Paralel, nilai arus ukur R1
pada saat diberi tegangan sumber 5 volt dan 12 volt adalah sebesar 0.00574 A
dan 0.0187 A. Dan arus ukur R2 pada saat diberi tegangan sumber 5
volt dan 12 volt sebesar 0.00274 A dan 0.00676 A.
Dari kedua
praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian seri memiliki nilai arus
yang sama namun memiliki tegangan listrik yang berbeda untuk setiap titik pada
rangkaiannya. Sedangkan pada rangkaian paralel memiliki nilai tegangan yang
sama namun memiliki arus listrik yang berbeda pada setiap percabangannya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis
mengucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium Elektronika Dasar 1 yang telah membimbing kami dalam
melaksanakan praktikum ini, serta teman-teman yang telah membantu dalam
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sutrisno,1986,”Elektronika:
teori dasar dan penerapannya jilid 1”, penerbit ITB:Bandung
[2] Tipler, “FISIKA untuk
Sains dan Teknik Jilid 2”, Jakarta :
Erlangga,2001
[3]
Blocher,
Richard. 2003. Dasar Elektronika.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
[4]
William,
Jack, Steven. Rangkaian Listrik Jilid 1.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel 5. Ralat
Rangkaian Seri (VR1) Pada V = 5 Volt
VR1 (ukur)
|
VR1'
|
VR1-VR1'
|
(VR1-VR1')2
|
∑(VR1-VR1')2
|
1.788
|
1.7874
|
0.0006
|
3.6 10-07
|
1.2 10-06
|
1.788
|
1.7874
|
0.0006
|
3.6 10-07
|
1.2 10-06
|
1.787
|
1.7874
|
-0.0004
|
1.6 10-07
|
1.2 10-06
|
1.787
|
1.7874
|
-0.0004
|
1.6 10-07
|
1.2 10-06
|
1.787
|
1.7874
|
-0.0004
|
1.6 10-07
|
1.2 10-06
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 0.000244949
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0.013704206 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0.013704206 %
K = 99.98629579 %
Tabel 6. Ralat
Rangkaian Seri (VR2) Pada V = 5 Volt
VR2 (ukur)
|
VR2'
|
VR2-VR2'
|
(VR2-VR2')2
|
∑(VR2-VR2')2
|
3.23
|
3.23
|
0
|
0
|
0
|
3.23
|
3.23
|
0
|
0
|
0
|
3.23
|
3.23
|
0
|
0
|
0
|
3.23
|
3.23
|
0
|
0
|
0
|
3.23
|
3.23
|
0
|
0
|
0
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 0
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0 %
K = 100 %
Tabel 7. Ralat
Rangkaian Seri (VR1) Pada V = 12 Volt
VR1 (ukur)
|
VR1'
|
VR1-VR1'
|
(VR1-VR1')2
|
∑(VR1-VR1')2
|
4.24
|
4.238
|
0.002
|
4 10-06
|
8 10-05
|
4.23
|
4.238
|
-0.008
|
6.4 10-05
|
8 10-05
|
4.24
|
4.238
|
0.002
|
4 10-06
|
8 10-05
|
4.24
|
4.238
|
0.002
|
4 10-06
|
8 10-05
|
4.24
|
4.238
|
0.002
|
4 10-06
|
8 10-05
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 0.002
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0.047192072 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0.047192072 %
K = 99.95280793 %
Tabel 8. Ralat
Rangkaian Seri (VR2) Pada V = 12 Volt
VR2 (ukur)
|
VR2'
|
VR2-VR2'
|
(VR2-VR2')2
|
∑(VR2-VR2')2
|
7.69
|
7.69
|
0
|
0
|
0
|
7.69
|
7.69
|
0
|
0
|
0
|
7.69
|
7.69
|
0
|
0
|
0
|
7.69
|
7.69
|
0
|
0
|
0
|
7.69
|
7.69
|
0
|
0
|
0
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 0
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0 %
K = 100 %
Tabel 9. Ralat
Rangkaian Paralel (IR1) Pada V = 5 Volt
IR1 (ukur)
|
IR1'
|
IR1-IR1'
|
(IR1-IR1')2
|
∑(IR1-IR1')2
|
0.0057
|
0.00574
|
-4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0058
|
0.00574
|
6 10-05
|
3.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0057
|
0.00574
|
-4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0057
|
0.00574
|
-4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0058
|
0.00574
|
6 10-05
|
3.6 10-09
|
1.2 10-08
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 2.44949 10-05
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0.426740373 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0.426740373 %
K = 99.57325963 %
Tabel 10. Ralat
Rangkaian Paralel (IR2) Pada V = 5 Volt
IR2 (ukur)
|
IR2'
|
IR2-IR2'
|
(IR2-IR2')2
|
∑(IR2-IR2')2
|
0.0027
|
0.00274
|
-4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0027
|
0.00274
|
-4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0028
|
0.00274
|
6 10-05
|
3.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0027
|
0.00274
|
-4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0028
|
0.00274
|
6 10-05
|
3.6 10-09
|
1.2 10-08
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 2.44949 10-05
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0.893974359 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0.893974359 %
K = 99.10602564 %
Tabel 11. Ralat
Rangkaian Paralel (IR1) Pada V = 12 Volt
IR1 (ukur)
|
IR1'
|
IR1-IR1'
|
(IR1-IR1')2
|
∑(IR1-IR1')2
|
0.0187
|
0.0187
|
0
|
0
|
0
|
0.0187
|
0.0187
|
0
|
0
|
0
|
0.0187
|
0.0187
|
0
|
0
|
0
|
0.0187
|
0.0187
|
0
|
0
|
0
|
0.0187
|
0.0187
|
0
|
0
|
0
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 0
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0 %
K = 100 %
Tabel 12. Ralat
Rangkaian Paralel (IR2) Pada V = 12 Volt
IR2 (ukur)
|
IR2'
|
IR2-IR2'
|
(IR2-IR2')2
|
∑(IR2-IR2')2
|
0.0067
|
0.00676
|
-6 10-05
|
3.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0068
|
0.00676
|
4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0068
|
0.00676
|
4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0068
|
0.00676
|
4 10-05
|
1.6 10-09
|
1.2 10-08
|
0.0067
|
0.00676
|
-6 10-05
|
3.6 10-09
|
1.2 10-08
|
Ralat Mutlak
Δ =
Δ =
Δ = 2.44949 10-05
Ralat Nisbi
I = x 100%
I = x 100%
I = 0.362350554 %
Keseksamaan
K = 100% - I
K = 100% - 0.362350554 %
K = 99.63764945%
LAMPIRAN 2
Apakah tegangan pada peralatan
listrik masih ada walaupun tidak ada arus yang mengalir?
Jawab :
Tegangan dapat muncul diantara
sepasang terminal listrik dengan atau tanpa adanya arus yang mengalir. Sebuah
aki (baterai) misalnya, memiliki tegangan sebesar 12 volt diantara
terminal-terminalnya meski tidak ada elemen listrik yang terhubung pada
terminal-terminalnya.
(Sumber : William, Jack, Steven. Rangkaian Listrik Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta )