Senin, 15 Oktober 2012

Penggunaan Alat Ukur (E1)


Penggunaan Alat Ukur (E1)
Philin Yolanda Dwi Sagita, Indah Ayu P
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: atashinomeuzu@gmail.com

Abstrak—Praktikum Penggunaan Alat Ukur (E1) yang bertujuan untuk mempelajari karakteristik VOM, pada pengukuran tegangan, arus searah dan bolak-balik, serta menggunakan VOM untuk mengukur Ω, V, dan I telah dilakukan. Pada praktikum ini didapatkan nilai tegangan, arus maksimum, arus minimum dan arus total yang dihasilkan pada rangkaian baik pada rangkaian seri maupun paralel dengan menggunakan 2 jenis resistor (hambatan) dengan nilai resistansi sebesar 470 ± 5 % dan 1000 ± 5% . Pada praktikum Penggunaan Alat Ukur (E1) ini terdapat 3 jenis praktikum yang berbeda yakni pada praktikum pertama dengan sub tema Pengukuran Tegangan Searah didapatkan nilai tegangan jepit Vab makimal-minimal dan Vbc maksimal-minimal seperti yang telah ditampilkan pada Tabel. Pada praktikum kedua dengan sub tema Pengukuran arus DC berhasil didapatkan nilai data arus maksimal, arus minimal, dan arus total (arus pengamatan = arus perhitungan) dengan memasukkan nilai Rin pada perhitungan. Pada praktikum ketiga dengan sub tema Pengukuran Tegangan Bolak-balik didapatkan data tegangan maksimal dan minimal pada tegangan jepit Vab dan Vde. Selanjutnya dari ketiga praktikum tersebut dilanjutkan dengan mencari nilai error untuk masing-masing data hasil pengamatan dan pengukuran. Dan pada praktikum ke dua didapatkan nilai error 0% untuk setiap data arus listrik yang didapatkan dari hasil pengamatan.

Kata KunciVOM, arus AC, arus DC


I. PENDAHULUAN

M
Ultimeter atau sering disebut AVOmeter atau multitester, alat ini biasa dipakaei untuk mengukur harga resistansi (tahanan), tegangan AC (Alternating Current), tegangan DC (Direct Current), dan arus DC.  Alat ini terdiri dari Amperemeter, Voltmeter, dan Ohmmeter. Amperemeter adalah alat yang digunaka untuk mengukur kuat arus listrik. Amperemeter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter  dan shunt yang berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar ditambahkan dengan hambatan shunt. Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya Lorentz yang dapat menggerikka jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya.[1]
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat. Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya magnetik tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengalir maka semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi.
Ohm-meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm.[2]
Kebanyakan meter DC yang di gunakan untuk pengukuran menggunakan ( D’ Arsonval meter movement ) . Type ini memiliki magnit permanen ( tetap ) dan kumparan putar meter ini terdiri dari gulungan gulungan kawat yang disokong dengan penguat batu permata dan berada diantara ujung-ujung magnit tetap .
Arus yang mengalir melalui gulungan gerak akan menyebabkan timbul medan magnit pada kawat gulungan ada magnit yang polaritas kutubnya sama polaritasnya ujung-ujung magnit tetap maka akan terjadi tolak menolak.
Peristiwa ini akan menyebabkan Coil ( gulungan ) akan bergerak ( atau terjadi penyimpanagan jarum yang di pasang pada pucuk kumparan putar pada papan skala )
D ’ Arsonval moving coil meter dapat di lihat pada gambar berikut
Gambar 1. D’Arsonval Moving Coil Meter

D‘Arsonval meter banyak dijual dipasaran mulai dari kemampuan arus 0 - 10 mA sampai dengan 0 - 5 mA untuk penunjukkan skala penuh.
Untuk pengukuran arus yang lebih besar dapat digunakan dengan cara memasang tahanan yang di paralel dengan Amper meter. Tahanan paralel tersebut sering disebut R Shunt.[3]
Alat ukur analog dengan jarum penunjuk menggunakan prinsip kumparan putar; jarum diikatkan pada suatu kumparan yang berada dalam medan magnet. Kumparan tersebut jika dialiri listrik mendapat momen gaya sehingga jarum ikut berputar. Alat ini disebut meter d’Arsonval. Meter kumparan putar digunakan pada amperemeter, voltmeter, ohmmeter, dll.

                                                                                              
Gambar 1. Konstruksi VOM
Alat ukur analog dengan jarum penunjuk menggunakan prinsip kumparan putar; jarum diikatkan pada suatu kumparan yang berada dalam medan magnet. Kumparan tersebut jika dialiri listrik mendapat momen gaya sehingga jarum ikut berputar. Alat ini disebut meter d’Arsonval. Meter kumparan putar digunakan pada amperemeter, voltmeter, ohmmeter, dll.
Pada praktikum ini digunakan meter kumparan putar magnet permanen (PMCC= Permanent Magnet Moving Coil Meter). Konstruksi PMCC ditunjukkan pada gambar 1. Jika ada N lilitan dengan luas A dan induksi magnetik B, maka jika pada kumparan mengalir arus I, akan bekerjalah momen gaya sebesar
τ = N B I A……………………………….(1)
karena ada pegas sebagai imbangan bekerjalah momen gaya pegas 
                                                   τ = k ϴ……………………………………(2)
dan kumparan akan menyimpang sebesar sudut ϴ yang diberikan oleh
                                                    k ϴ = N B I A atau……………………….(3)
                                                    ϴ =  ( N B A/ k) I = s I…………………..(4)

Dengan s = N B A /I adalah kepekaan arus.
                Induksi magnet B biasanya mempunyai nilai antara 1 hingga 5 gauss. Simpangan penuh (sp), biasanya dibuat untuk ϴsp= 900. Dilihat selama pegas mengikuti hukum hooke, simpangan ϴ sebanding dengan arus listrik. Kelemahan PMCC adalah untuk meter yang sangat peka, simpangan jarum dipengaruhi oleh besi atau bahan magnetik lain yang mungkin berada didekatnya.[4]

II.METODE

Langkah awal dalam praktikum ini adalah menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum ini, yaitu  sumber tegangan DC, multitester/VOM, resistor-resistor dan transformator AC. Selanjutnya adalah menghitung besar resistor-resistor yang digunakan dengan cara menghitung gelang yang terdapat pada resistor. Dengan menggunakan buku sebagai referensi, didapatkan resistor 1 yang berukuran lebih kecil memiliki gelang yang berwarna kuning, ungu, jingga, dan emas secara berurutan. Artinya nilai resistor tersebut senilai 470 ± 5% ohm. Sedangkan resistor keduayaberukuran lebih besar memiliki warna gelang coklat, hitam, merah dan emas. Artinya resistor tersebut bernilai 1000 ± 5% ohm. Besar resistor ini akan digunakan untuk menentukan nilai tegangan maksimum (Vmax) dan tegangan minimum (Vmin) menggunakan persamaan

                  V1max =  x V……………………….(4)

V1min =  x V……………………….(5)

V2max =  x V……………………….(6)

V2max =  x V……………………….(7)

Praktikum pertama yaitu pengukutan tegangan searah dilakukan dengan menyusun rangkaian seri antara R1 dan R2, dan disusun paralel dengan voltmeter. Digunakan dua variasi tegangan yaitu 5V dan 12 V. Range VOM yang digunakan adalah 10-50 untuk tegangan 5V dan 50-250 untuk tegangan 12V. Diukur tegangan antara titik A dan B (Vab) serta antara titik b dan c (Vbc).
 
Gambar 1. Rangkaian alat untuk pengukuran tegangan searah

Praktikum kedua yaitu praktikum pengukuran arus DC dilakukan dengan menyusun seri resistor besar dengan VOM untuk amperemeter  serta disusun paralel dengan voltmeter. Digunakan tegangan sebesar 5V dan 12V. Range VOM yang digunakan adalah 25 – 500 miliampere. Diukur arusnya dengan VOM. Arus maksimum dan arus minimum dapat ditentukan menggunakan persamaan

Imax = ………………………...(8)

Imin = ………………………...(9)
Dengan,

 = ……………………(10)

Rparalel = ………………………..(11)

Sehingga pada praktikum kedua ini akan didapatkan nilai Imax, Imin, dan Itotal dari keempay rumus diatas.

        
Gambar 2. Rangkaian alat untuk pengukuran arus searah

Praktikum ketiga yaitu pengukuran tegangan bolak-balik. Pada praktikum ini menggunakan empat resistor yang disusun seri dan paralel, yaitu dua resistor besar dan dua resistor kecil. Digunakan tegangan 12V dan 15V, serta range VOM 50-250. Tegangan maksimum dan tegangan minimum dapat dihitung dengan persamaan pada praktikum 1. Diukur besar tegangan pada titik ab dan de.
Gambar 3. Rangkaian alat untuk pengukuran tegangan bolak-balik


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Penggunaan Alat Ukur (E1) ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik VOM, pada pengukuran tegangan, arus searah dan bolak-balik, serta menggunakan VOM untuk mengukur Ω, V, dan I. Peralatan yang digunakan adalah sumber tegangan DC, multitester/VOM, resistor-resistor, dan transformator AC. Dilakukan tiga kali praktikum yaitu pengukuran tegangan searah, pengukuran arus searah, dan pengukuran tegangan bolak-balik.
Praktikum pertama dilakukan seperti pada metodologi, dengan menggunakan tegangan 5V dan 12V. Data dan perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Data hasil perhitungan dan pengukuran pada praktikum pertama dengan R1 = 1000Ω dan R2 = 470Ω serta masing-masing toleransi sebesar 5%.

No
ε (V)
Range VOM
Vab
Vbc
Ukur
min
max
ukur
Min
max
1
5
10
8
1.889547186
2.129909366
3,9
2.870090634
3.110452814
2
5
50
9
1.889547186
2.129909366
3,5
2.870090634
3.110452814
3
12
50
4
4.534913246
5.111782477
8,5
6.888217523
7.465086754
4
12
250
5
4.534913246
5.111782477
9
6.888217523
7.465086754

Berdasarkan data perhitungan dan pengukuran praktikum pertama pada tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai tegangan terukur untuk satu jenis tegangan sumber pada masing-masing jenis resistor yang digunakan.
Tegangan jepit Vab yang menggunakan resistor 470 ± 5% memiliki nilai tegangan yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai tegangan jepit Vbc, padahal pada rangkaian tersebut digunakan tegangan sumber yang sama yaitu sebesar 5 volt dan 12 volt. Hal itu dikarena nilai resistor yang digunakan pada Vab yang menghambat aliran arus listrik jauh lebih kecil dibandingkan dengan resistor yang digunakan pada tegangan jepit Vbc yaitu sebesar 1000 ± 5 % . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada praktikum pertama ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa nilai tegangan jepit berbanding terbalik dengan nilai resistansi yang digunakan pada rangkaian tersebut. Semakin besar nilai kapasitansi suatu rangkaian maka arus yang melewati rangkaian tersebut semakin sedikit sehingga tegangan jepit yang dihasilkan pada rangkaian tersebut semakin kecil dan sebaliknya.
Selanjutnya pada praktikum kedua yang telah dilakukan sesuai metodologi percobaan dengan menggunakan resistor R2 dengan nilai resistansinya sebesar  1000 ± 5 % didapatkan data hasil pengukuran dan perhitungan sebagai berikut :

Tabel 2. Data hasil perhitungan dan pengukuran pada praktikum kedua dengan R = 1000 ± 5 %
No
ε (V)
Range VOM
I ukur
(A)
I min
I max
Rin hitung
1
5
25
0,005
0.000680272
0.00075188
1166.666667
2
5
500
0,01
0.000680272
0.00075188
1166.666667
3
12
25
0,012
0.001632653
0.001804511
1166.666667
4
12
500
0,02
0.001632653
0.001804511
1166.666667

Dari data diatas didapatkan bahwa pada nilai resistansi yang sama dan dengan menggunakan variasi tegangan sumber 5 V dan 12 V didapatkan nilai arus yang berbeda. Pada tegangan 5 volt didapatkan nilai arus maksimal maupun minimal yang ynag lebih kecil dibandingkan dengan nilai arus maksimal dan arus minimal pada tegangan sumber 12 volt. Perlu diperhatikan pada perhitungan kali ini nilai resistansi yang digunakan pada rangkaian tidak hanya resistor pita yang telah dihitung sebelumnya. Namun juga ada nilai resistansi pada alat multitester yang telah disusun paralel terhadap kumparan didalam alat yang sering disebut Rin. Hal itulah yang menyebabkan seringkali nilai arus yang ditunjukkan pada multitester pada sejumlah percobaan jauh berbeda dengan nilai arus yang dihitung dengan menggunakan Hukum Kirchoff maupun Hukum Ohm.
Pada praktikum kedua ini kita memperlajari cara mengukur nilai resistansi internal pada alat mutitester sehingga akan didapatkan nilai arus total yang hampir mendekati nilai arus yang tertera pada alat multitester.
Kemudian pada praktikum ketiga dan terakhir ini, akan disusun sebuah rangkaian listrik yang hampir identik dengan rangkaian listrik pada praktikum pertama namun dengan susunan resistor yang berbeda. Pada praktikum ketiga ini, susunan rangkaian yang digunakan adalah rangkaian paralel. Adapun nilai resistansi yang digunakan yaitu  2 resistor R1= 470 ± 5% dan 2 resistor R2 = 1000 ± 5% yang dsusun secara silang. Berikut akan dipaparkan data hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada praktikum ketiga.

Tabel 3. Data hasil praktikum ketiga dengan R1= 470 Ω dan R2 = 1000 Ω serta masing-masing toleransi sebesar 5%.
No
ε (V)
Range VOM
Vab
Vde
ukur
min
max
ukur
min
max
1
12
50
3,8
6.888217523
7.465086754
7,9
4.534913246
5.111782477
2
12
250
4,8
6.888217523
7.465086754
8
4.534913246
5.111782477
3
15
50
4,8
8.610271903
9.331358443
9,9
5.668641557
6.389728097
4
15
250
5,1
8.610271903
9.331358443
10
5.668641557
6.389728097
Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan diatas dapat ditinjau dari 2 arah peninjauan. Pada peninjauan pertama dengan nilai tegangan sumber yang sama yaitu 5 volt dan 12 volt didapatkan nilai Vde yang lebih besar dibandingkan dengan nilai tegangan Vab. Sedangkan pada peninjauan kedua yaitu dengan nilai tegangan jepit yang sama (yaitu Vab dan Vde) dan nilai tegangan sumber yang berbeda, didapatkan nilai tegangan jepit (Vab atau Vde) pada sumber tegangan 15 volt lebih besar dibandingkan dengan nilai tegangan jepit (Vab atau Vde) pada tegangan sumber 12. Kedua venomena tersebut dikarenakan adanya pembagi tegangan pada rangkaian. Dengan jumlah arus listrik yang sama (karena rangkaian paralel) dan nilai resistansi yang diukur berbeda, maka terdapat perbedaan nilai tegangan jepit antara tegangan Bab dan Vde. Vab yang menggunakan resistor dengan nilai resistansi 470 ± 5% memiliki tegangan yang lebih besar dibandingkan dengan nilai tegangan yang dimiliki oleh tegangan jepit Vde yang menggunakan resistor dengan nilai resistansi 1000 ± 5% . Hal itu dikarenakan pada resistor 470 ± 5% jumlah arus listrik yang melewati rangkaian jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah arus listrik yang melewati rangkaian dengan resistor terukur 1000 ± 5% . Sehingga dapat disimpulkan bahwa nlai tegangan Vab lebih kecil dibandingkan dengan nilai tegangan jepit pada Vde pada nilai sumber listrik yang sama
Pada peninjauan kedua telah jelas bahwa pada nilai resistansi yang sama, semakin tinggi nilai tegangan sumber yang diberikan pada rangkaian maka nilai tegangan jepitnya juga akan semakin besar.
Setelah dilakukan ketiga praktikum diatas selanjutnya akan dilakukan pengukuran nilai eror pada setiap data pengamatan dan perhitungan yang telah didapatkan. Berikut akan dipaparkan data error yang telah kami dapatkan dari praktikum Penggunaan Alat Ukur (E1) ini.

Tabel 4. Error perhitungan pada praktikum pertama
No
Error Vab
Error Vbc


1
0.004255319
0.002857143

2
0.004255319
0.002857143

3
0.170212766
0.114285714

4
0.170212766
0.114285714



Tabel 5. Error perhitungan pada praktikum kedua
No
I ukur (A)
I hitung (A)
Error
1
0,005
0,005
0
2
0,01
0,01
0
3
0,012
0,012
0
4
0,02
0,02
0

Tabel 6. Error perhitungan pada praktikum ketiga
No
Error Vab
Error Vde


1
0.044642857
0.377659574

2
0.114285714
0.170212766

3
0.058571429
0.253191489

4
0.114285714
0.170212766



Dari ketiga tabel error diatas didapatkan bahwa terdapat nilai error 0 ≤ error ≤ 1 dan untuk data error arus listrik pada praktikum kedua didapatkan nilai error  sebesar 0%. Hal itu menunjukkan bahwa nilai arus listrik yang diamati pada multitester memiliki nilai yang persis sama dengan nilai arus listrik hasil perhitungan. Karena pada praktikum kedua selain dilakukan perhitungan pada nilai hambatan pada resistor yang disusun pada rangkaian, nilai Rin (hambatan internal) juga termasuk dalam perhitungan sehingga hasil data pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada praktikum kedua tepat sama walaupun mungkin ada beberapa miss pada bilangan dibelakang angka pembulatan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya nilai error pada praktikum pertama dan ketiga yaitu karena faktor alat dan praktikan. Pada faktor alat terdapat faktor berkurangnya ketelitian dan keakuratan alat karena faktor usia maupun karena ada kesalahan penggunaan alat pada praktikum sebelumnya. Sedangkan pada faktor praktikan terdapat faktor kesalahan pengamatan mata yang tidak tepat tegak lurus dengan skala pada alat dan faktor pembulatan yang kurang tepat.
Oleh karena itu pada praktikum kali ini, dibutuhkan beberapa perbaikan berupa kritik, saran maupun percobaan yang lebih akurat lagi mengenai data-data yang telah didapatkan.

IV.KESIMPULAN


Pada praktikum Penggunaan Alat Ukur (E1) yang terdiri dari 3 jenis praktikum yang berbeda yakni pada praktikum pertama dengan sub tema Pengukuran Tegangan Searah didapatkan nilai tegangan jepit Vab makimal-minimal dan Vbc maksimal-minimal seperti yang telah ditampilkan pada Tabel. Pada praktikum kedua dengan sub tema Pengukuran arus DC berhasil didapatkan nilai data arus maksimal, arus minimal, dan arus total (arus pengamatan = arus perhitungan) dengan memasukkan nilai Rin pada perhitungan. Pada praktikum ketiga dengan sub tema Pengukuran Tegangan Bolak-balik didapatkan data tegangan maksimal dan minimal pada tegangan jepit Vab dan Vde. Selanjutnya dari ketiga praktikum tersebut dilanjutkan dengan mencari nilai error untuk masing-masing data hasil pengamatan dan pengukuran. Dan pada praktikum ke dua didapatkan nilai error 0% untuk setiap data arus listrik yang didapatkan dari hasil pengamatan. Semua data hasil praktikum pertama, kedua maupun ketiga telah ditampilkan dalam Tabel 1 hingga tabel 6 pada Bab Pembahasan.  
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium Elektronika Dasar 1 yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum ini, serta teman-teman yang telah membantu dalam praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]     Sutrisno,1986,”Elektronika: teori dasar dan penerapannya jilid 1”, penerbit ITB:Bandung
[2]     Tipler, “FISIKA untuk Sains dan Teknik  Jilid 2”, Jakarta : Erlangga,2001
[3]     Blocher, Richard. 2003. Dasar Elektronika. Penerbit Andi, Yogyakarta.
[4]     William, Jack, Steven. Rangkaian Listrik Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar